April 2016 | bisangentot
Cerita Sex: Istri Pandai Membuat Kepuasan

Cerita Sex: Istri Pandai Membuat Kepuasan


Info Cerita Terlengkap | Bisa Ngentot  Info Terbaru  |  Cerita Dewasa  | Cerita Sex Terbaru | Cerita Mesum | Cerita Ngentot |  Cerita Tante-tante | Seks Bergambar - See more at: http://bisangentot.blogspot.co.id/#sthash.NXLwsEiX.dpuf

Rintihan Istriku Hebat Sekali. Suatu ketika saat aku mengahntarkan istriku untuk menghadiri seminar di sebuh hotel berbintang dan aku juga ikut menginap di sebuah hotel di kota tersebut, karena kita sudah suami istri untuk menghemat biaya jadi kita memasan single beds , profesi istriku sebagai asdos di universitasnya, perkiraan kita menginap 2 hari di kota ini.
Cerita Sex: Istri Pandai Membuat Kepuasan



IstrIku yang bahenol saat itu mengenakan blaser kuning berleher rendah sehingga kedua payudara montoknya tampak dari balik blaser kuningnya dan tampak remang remang puting susu istriku di balik blasernya karena saat itu istriku yang sudah berumur 40 tahun memakai BH tipis dan pantat bahenolnya begitu menggoda saat berjalan dengan goyangannya karena istriku memakai rok span elastis hitam walaupun perutnya sudah tak kecil lagi dan memakai sepatu bertumit tinggi.

Sering aku berpikiran buruk agar istriku menyeleweng dan aku dapat menemuinya dengan mengintip bagaimana saat istriku “digarap” lelaki tua. Istriku memang pernah cerita kalau salah satu mahasiswanya di kelas yang berada di luar kota pernah “mempermainkan” daerah sensitifnya di selangkangannya, sehingga istriku tak berani berdiri lama-lama di kelas dan duduk di meja pengajar yang ditutup oleh taplak meja saja.

“Mas nanti nggak usah dijemput karena sudah disediakan angkutan oleh panitia. Mas, capai tidur saja, kalau mau pijit saja, biar nanti malam tambah ‘greng’,tapi jangan dipijit cewek lho” kata istriku

“Yah, cari tukang pijit kakek kakek, sekalian mijit mijit anumu ?.” kataku berseloroh “Biar, selain memijit juga menyuntik iniku,” kata istriku tertawa sambil menunjuk selangkangannya

“Bener ?”kataku “Boleh kan, mas? tanya istriku “Kau memang pingin to, dik?” tanyaku “Ya, aku pingin mas,” kata istriku vulgar menatapku dengan tajam “Boleh, kan?” kata istriku merayu “Kalau kau suka dan senang ?” jawabku

Sesampai di penginapan, aku minta resepsionis untuk mencarikan tukang pijit. Sampai aku makan siang, barulah muncul tukang pijit itu, orangnya tua memakai ikat kepala dan membawa tas kulit kumal, berbaju hitam, dan celana komprang selutut, dia menyuruhku memakai sarung.

“Siapa namanya, pak,” aku bertanya saat tukang pijit mulai memijitku. “Orang memanggil saya, Mbah Bejo, mas,” katanya Menurut ceritanya, dia ahli pijit urat dan bisa membuat lelaki tambah greng dan dia mampu memperbesar kemaluan laki laki dan segudang cerita lainnya

Bahkan ada cerita Mbah Bejo yang membuatku bergidik, yaitu kalau dia bisa membangkitkan gairah seorang wanita tanpa menyentuh. Dia bahkan pernah membuat salah satu istri pejabat jauh- jauh datang dan menginap di rumahnya di desa untuk minta dipuaskan.

Mbah Bejo terus memijit dan akhirnya aku disuruh bersandar di tempat tidur dan menyuruh menyingkapkan sarungku dan kurasakan kesakitan pada saat aku dipijit batang kemaluanku dan beberapa saat kemudian kulihat batang kemaluanku membesar dan kudengar pintu dibuka, Mbah Bejo cepat-cepat menutup sarungku, kulihat istriku masuk.

“Simpananmu, mas?”tanyanya berbisik saat melihat istriku. “Istri saya, mbah,”kataku “Ah, jangan bohong, perempuan ini bisa “dipakai”,”katanya.

Belum sempat aku menjawab “Aku juga bisa membuat mas tak berkutik,”katanya dan aku meringis kesakitan saat kurasakan perut kebawah seperti mengejang dan aku tak dapat bergerak.

“Sudah pijatnya, mas,”kata istriku “Belum, jeng,” Mbah Bejo yang menjawab. “Kenalkan ini istri saya, Mbah Bejo,”kataku. “Bener to, jeng?katanya.

“Lho, iya mbah kan hotel ini nggak boleh bawa-bawa, memang apa mbah melihat saya oang yang nggak bener” kata istriku sambil menjulurkan tangan kanannya untuk bersalaman dengan Mbah Bejo.

“Saya istrinya,” istriku memperkenalkan diri mendekati Mbah Bejo yang duduk di pinggir ranjangku. “Saya, Mbah Bejo,”katanya dan tangannya bersalaman dengan tangan istriku.

“Heeh ?”kudengar istriku mendesis lirih.

“Saya kira jeng wanita simpanan kang mas ini,”kata Mbah Bejo. “Wah, kebetulan saya bawa surat nikah, mbah,”kata istriku mengambil surat nikah dari tasnya dan menyodorkan setengah membungkuk dan kulihat mata Mbah Bejo langsung tertuju di blaser kuning istriku yang berleher rendah dan Mbah Bejo menatap tajam gundukan daging payudara istriku bagian atas.

“Jeng, pijet ya,” kata Mbah Bejo “Saya, nggak biasa dipijat ?.”kata istriku terputus “Nggak Mbah Bejo nggak perlu megang?.”katanya sambil berdiri dan menuju ranjang satunya, aku tak dapat berbuat apa apa saat istriku merebahkan dirinya di kasur empuk itu tanpa melepas sepatu tumit tingginya.

Mbah Bejo duduk dipinggir ranjang pantatnya bersebelahan dengan pantat bahenol istriku yang rebahan. Kulihat Mbah Bejo membuka telapak tangannya dan hanya segenggam jaraknya dari tubuh istriku bergerak diatas tangan kanan istriku, tangan kirinya dan kedua betis istriku.

“Gimana jeng, enak”tanya Mbah Bejo “Waah, kok bisa ya nggak nyentuh rasanya seperti dipijit “kata istriku “Enak kan jeng,” Mbah Bejo bertanya lagi “Ya ?”kata istriku “Ya apanya?”tanya Mbah Bejo

“Enak rasanya..”kata istriku “Jeng, Siapa namanya?”tanya Mbah Bejo

“Yati, mbah?”jawab istriku “Jeng Yati, tadi enak, kan?tanya Mbah Bejo lagi “Iya, mbah enak,” kata istriku “Kalau ini nggak enak Jeng Yati, tapi nikmat..”kata Mbah Bejo

Kulihat Mbah Bejo mengembangkan telapak tangannya diatas kedua payudara istriku dan “Mbaaaah ?”istriku mendesah saat Mbah Bejo menutup telapak tangannya dan membuka lagi seolah Mbah Bejo tengah meremas remas payudara montok istriku.

“Mbaaah jangaaan, mbaaah,” istriku mendesis dan kedua tangan istriku menekan dibawah ketiaknya sehingga kedua payudara montoknya semakin menggelembung dari balik blaser nya. “ooh mbbaaaaah Bejoooo ?.”istriku merintih ketika tangan Mbah Bejo semakin cepat membuka menutup meremas dari jauh kedua payudara montok istriku yang masih terbalut blaser kuningnya.

“Hhhheeeggghhhhhh ??”istriku mendesah saat salah satu tangan Mbah Bejo seolah memelintir puting susu istriku dan tampak jelas kedua puting susu istriku tersembul dari balik blaser nya.

“maaas mbaaaah Bejooooo tolooong maaass heeqqhhhh ?..”rintih istriku dan tersentak saat tangan Mbah Bejo sepertinya memelintir sambil menarik kedua puting susu istriku.

Mbah Bejo semakin lama semakin menguasai istriku dan rupanya istriku hanya bisa mendesis dan mendesah oleh perlakuan Mbah Bejo.

“Ayo buka kancingnya,”perintah Mbah Bejo Istriku yang mengerang “Ngaaaaak mauuuu mbaaaah ?.engaaaaak ??.” istriku seperti ada yang menarik tubuhnya dan terduduk di ranjang walaupun mulutnya menolak tapi kedua tangannya membuka satu kancing blaser kuningnya dan aku tertegun saat istriku melepas kaitan BHnya di belakang dan menarik BHnya sendiri hingga tali talinya terputus. “Ayo mbah haus,” kata Mbah Bejo.

istriku membuka tiga kancing blaser nya dan dengan sendirinya kedua payudara montok istriku dimana kedua puting susunya yang menegang tersembul keluar dari blaser kuningnya.

“Aku haus Jeng Yati, aku dari tadi capek mijit kangmasmu, tapi gak dikasih minum, aku pingin minum,”kata Mbah Bejo sambil seolah mengusap kedua payudara istriku yang langsung mengerang “mbaaah ??.. ngaaaaak mauuuuuuu ?.”, tapi istriku memegang paayudara kanannya bagian bawah dan menyodorkan ke mulut Mbah Bejo dan Mbah Bejo langsung mencaplok payudara kanan istriku yang disodorkan ke mulutnya.

“Mbaaaaaah akuuuuu kooook oooohhhh rasanyaaaa air susukuuuu mau keluaaaar ?.mbaaaaah ??.”dan bunyi “srep srep” kudengar mulut Mbah Bejo menyedot nyedot payudara kanan istriku yang mengeluarkan air susu.

Mbah Bejo menarik tubuh istriku hingga turun dari ranjang dan istriku kini berdiri menyorongkan badannya di depan Mbah Bejo yang duduk di ranjang karena tangan kiri Mbah Bejo memeluk punggung istriku sedangkan tangan kanan Mbah Bejo meremas remas payudara kiri istriku.

“Maaaas akuuu koook jadiiii beginiiiii??..”desis istriku “oooooh enaaak mbaaaaaah??.”rintih istriku dan kedua tangan istriku memeluk kepala Mbah Bejo yang mengenakan ikat kepala.

Rupanya sedotan Mbah Bejo pada payudara kanan istriku begitu kuat dan cepat hingga beberapa menit saja air susu payudara kanan istriku pun habis dan Mbah Bejo langsung melahap payudara kiri istriku dan kembali suara “srep srep” terdengar lagi saat Mbah Bejo dengan ganasnya menyedot air susu payudara kiri istriku yang terus mengerang tak karuan.

Begitu ganasnya Mbah Bejo menyedot air susu payudara kiri istriku, istriku pun menekan kepala Mbah Bejo ke dadanya hingga ikat kepala Mbah Bejo terlepas dan kulihat kepala botak berambut jarang itupun tampak, gilanya istriku memeluk kepala Mbah Bejo.

Tampak kedua mata istriku terpejam mendapat perlakuan ganas Mbah Bejo pada payudara kiri istriku dan Mbah Bejo menghentikan sedotannya saat air susu istriku habis.

“Nikmat kan Jeng Yati,”tanya Mbah Bejo Istriku hanya diam dan menoleh padaku kemudian mendesis kembali saat telapak tangan kanan Mbah Bejo di depan selangkangan istriku. Ttangan kanan Mbah Bejo seolah menggosok selangkangan istriku sehingga istriku berjinjit karenanya.

Rupanya Mbah Bejo mempermainkan istriku dan Mbah Bejo membiarkan istriku terus berjinjit jinjit sementara selangkangan istriku terangkat angkat ke atas sementara tangan kirinya meraih tas kulit kumalnya dan kudengar dari selangkangan istriku berbunyi “cek cek cek” menandakan lendir vagina istriku sudah keluar.

“Mbaaaah sudaaaaah mbaaaaah ampuuuun jangaaan teruuuskannn hghghgh ?.”desis istriku dan tubuh istriku limbung dan Mbah Bejo memeluk istriku dan mendudukan istriku di samping kiri Mbah Bejo.

Kini istriku yang sudah lunglai tengah duduk dipeluk tangan kiri Mbah Bejo, kepala istriku bersandar dibahu kiri Mbah Bejo, kedua payudara montoknya keluar dari blaser kuningnya, sementara kedua kakinya yang bersepatu hak tinggi terkangkang lebar, sehingga celana dalam sutera putihnya tampak.

Tangan kanan Mbah Bejo meraih bungkusan putih itu dan aku begitu ngeri dan jijik melihat sesuatu entah apa namanya, sesuatu sebesar batang kemaluan orang dewasa seperti ulat hijau mempunyai gurat gurat melingkar seperti sekrup dan mempunyai seperti duri duri di sana sini.

Bungkusan di tangan kanan Mbah Bejo didekatkan pada selangkangan istriku dan pluk benda itu melompat di paha kiri istriku yang langsung menjerit tertahan “Apa mbaaah ?..”erang istriku dan Mbah Bejo menyingkap rok span hitam elastis istriku dan begitu melihat sesuatu yang merambat dipaha kirinya, istriku langsung lunglai dipelukkan Mbah Bejo.

“Lihat Jeng Yati,”katanya sambil memaksa istriku melihat benda yang merayap ke selangkangan nya. “Glek” kudengar istriku menelan ludah “Apaa ini yang merayaap mbaaaah jangaaan ?.mbaaaah ? ampuuun ? ” rintih istriku menghiba.

Mbah Bejo bukannya mengambil benda itu, tapi malah menundukkan kepala istriku agar bisa melihat sedang apa benda yang semakin mendekati selangkangan istriku dan Mbah Bejo meyingkap celana dalam sutera istriku ke kanan sehingga bulu bulu kemaluan istriku yang lebat terlihat.

Benda itu mendengus dan tampak olehku asap seluar dari liang berbibirnya menyembur bulu bulu kemluan istriku yang langsung memejamkan kedua matanya dan mendesis “Mmmmpppppfffzzzzzz ??.”

Tiba ?tiba benda itu mematuk ke bagian atas kemaluan istriku dan “Itiiiilkuuuuuu mbaaaaaah ?..”meluncur kata kata istriku seperti seorang pelacur saat lubang berbibir benda itu melahap kelentit istriku.

“Mbaaah ? ooohh ?.. hgggghhhh ?. mmmmmppppffzzzz?,”istriku merintih rintih dan pantat bahenolnya berguncang tangan kirinya meremas sprei dan tangan kanan istriku memeluk pinggang Mbah Bejo kencang. Keringat istriku mengucur deras nafasnya menderu deru menahan nafsu birahinya

Rupanya benda itu semakin ganas mengulum dan menyedot nyedot kelentit istriku sehingga tubuh istriku benar benar bergetar hebat, tangan kiri istriku meremas sprei ranjangnya hingga “mmmmppppffzzzz akuuuuuuu ngaaaaaak tahaaaaaan mbaaaaaah ?. akuuuuuu keluaaaaaar ??..”erang istriku dan pantat bahenol istriku tersentak sentak dan kedua kakinya mengejang lurus terkangkang mencapai orgasme di sore hari itu.

Mbah Bejo membiarkan istriku sampai nafasnya tenang dan kemudian menegakkan tubuh istriku yang lunglai berdiri dan memeluk istriku dari belakang dimana kedua payudara istriku keluar dari blaser kuningnya dan rok spannya tersingkap sampai diperutnya.

Mbah Bejo menuntun istriku ke ranjangku. Kulihat benda itu membujur sepanjang bibir vagina istriku dan Mbah Bejo memelorotkan celana dalam sutera istriku sampai di lututnya. Aku hanya dapat menelan ludah saat benda itu mulai bergerak seperti gerakan mengempot bibir vagina istriku yang langsung mendesis desis “hhhheggggghhhhh enaaaaak enaaaaak maaaas akuuu dikempoooot ?.ennnaaaaak hhhhhghghghghg ?.”

Pantat bahenol istriku bergoyang ke kiri kenan dan ke atas merasakan kenikmatan empotan benda itu pada bibir vaginanya. Tak lama kemudian desis istriku semakin keras dan “itiiiilkuuuuuuu ?.eehehghghghgghhh eeeempiiiiikuuuu ?. maaaas akuuuu keluaaaar ??”kembali untuk kedua kalinya pantat bahenol istriku tersentak sentak begitu kerasnya saat orgasme keduanya berlangsung.

Mbah Bejo tetap memegang tubuh istriku yang lemas dengan tangan kirinya di perut istriku, sementara tangan kanannya menarik paha kanan istriku hingga berdiri terkangkang. Kulihat benda ulat itu tetap mengulum kelentit istriku dan tiba tiba ekor ulat itu mengacung ke atas dan tangan kanan Mbah Bejo langsung membuka lebar bibir vagina istriku yang basah dan ulat itupun melingkarkan bagian ekornya saat Mbah Bejo membuka lebar-lebar Akupun merinding aaat ekar ulat itu menempel di bibir vagina istriku yang terbuka itu dan “Eeeeegggghhhhhh ?.

`istriku mendesah saat ujung ekor ulat itu merambat menembus liang vagina istriku. “Mbaaaaah jangaaaaaan eeehhhgggggghhhhh ?..”istriku mendesah keras saat ekor ulat itu semakin dalam menusuk liang vagina istriku.

Secara refleks istriku membuka kedua kakinya dan tubuhya menyorongkan tubuhnya ke depan sehingga kedua payudara montok istriku yang menggantung segera ditangkap oleh tangan kanan Mbah Bejo dan meremas remas payudara istriku, sedangkan tangan kirinya yang menopang tubuh istriku ikut ikutan meremas remas payudara istriku.

Tubuh istriku mengelinjang tak karuan menerima tiga sengatan birahi sekaligus, dimana kedua payudaranya secara bergantian di remas remas tangan mbah Bejo, sedangkan kelentitnya dikulum dan disedot sedot mulut ulat itu dan liang vagina istriku dijejali tubuh ulat yang berbulu seperti duri dan bergurat di tubuh ulat itu.

Pantat istriku menungging nungging dan kedua tangan istriku ke belakang memegang kencang pinggul Mbah Bejo yang menggesek gesekkan selangkangannya ke pantat istriku.

“Ngngnghhhhhh ?.. mbaaaaahhh ?..zzzzzzzz eeeeeccchhhhhhh ? enaaaaaaaak ?.. xxzzzz ? heeeh ? mmmmmpppffzzzzz ?..” istriku mendesis desis tak karuan, sekali kali gerakan pinggulnya maju mundur dengan cepatnya.

“Akuuuuuuu nggaaaak heh heh keluuuaaaaaaaaaaaaar ?? ngngngngngng ?..”istriku mengerang saat orgasme ketiganya dan tubuh istriku terhuyung ke depan dan tersungkur di lantai, sedangkan kedua kakinya menekuk kedua lututnya menopang tubuhnya yang bersimba peluh di lantai, sehingga posisi istriku menungging.

Istriku benar-benar tak kuasa karena baru kali ini istriku orgasme lebih dari dua kali dan kulihat Mbah Bejo yang menopang tubuh istriku mengikuti arah tubuh istriku tersungkur di belakang tubuh istriku dan melihat istriku menungging, Mbah Bejo langsung membuka kedua bulatan pantat bahenol istriku sehingga anus istriku terlihat.

Mbah Bejo semakin membuka pantat istriku dan anus istriku pun terbuka dan tanpa jijik Mbah Bejo menjilati anus istriku yang membuat tubuh istriku berkelejot dan tersentak, “Mbaaaah jangaaaaaan anuuuusskuuuuu ?..heeeeghghgh ?..oooh .. oooh ? enaaaaak ?..zzzzzzccccchh ??.” istriku mengerang erang tak karuan tubuhnya seolah menggigil dan pantat istriku seolah disengat oleh listrik ribuan volt goyangannya menggetarkan pantat bahenolnya.

“Uuuuuummmpppppffffzzzz ??”istriku melenguh saat Mbah Bejo menjulurkan lidahnya menembus masuk lubang anus istriku dan kepala Mbah Bejo maju mundur mengeluar masukkan lidahnya yang panjang ke dalam anus istriku.

Erangan istriku semakin kencang dan tubuh nya bergetar hebat menerima rangsangan di lubang anusnya, kelentit dan liang vaginanya bersamaan, sehingga desisan istriku seolah seperti orang yang menangis tersedu sedu merasakan nikmatnya rangsangan Mbah Bejo dan ulat yang menyumpal liang vaginanya..

“Ngngngngccchhhhhhhheeehhhhhhhhh ???”istriku mengigit bibirnya matanya terpejam dan kedua tangannya tergenggam erat dan “Wwwwwuuuuooooooooogggghhhhhh ??..’istriku mengerang dan pantat bahenolnya tersentak sentak saat mencapai orgasmenya yang ke empat dan tubuh istriku tengkurap dan tersungkur di lantai.

Hanya pantat bahenol istriku yang sekali kali bergetar hebat dan tubunya tak kuasa bergerak dan nafas istriku masih memburu, kedua matanya tertutup, mulutnya masih mendesis desis lemah menikmati kenikmatan baru dimana ketiga serangan birahi di daerah paling sensitif istriku di serang dengan gencarnya.

Tiba tiba Mbah Bejo memelorotkan celana pendek komprang hitamnya dan tersembullah batang kemaluannya yang sudah menegang kaku sebesar lampu TL 40 watt dan mempunyai ujung seperti jamur besar itupun di pegang oleh tangan kanannya dan menarik kedua pangkal paha depan istriku sehingga istriku menungging kembali dan kedua tangannya kembali membuka kedua bulatan pantat bahenol istriku sehingga lubang anus istriku menganga kembali dan Mbah Bejo meludahi lubang anus istriku dan lidahnya menjulur lagi menerobos masuk ke lubang anus istriku dan Mbah Bejo terus meludahi dan mengeluar masukkan lidahnya hingga benar-benar penuh ludah Mbah Bejo.

Mbah Bejo memegang batang kemaluannya kembali dan “Zzzzzzaaaaangaaaaaaan mbbbaaaaahhh aaammmpppfffuuunn heeeeegghhhhhh ?”desis istriku lemah saat Mbah Bejo dengan tenaganya yang masih greng itu menekan kepala jamur penisnya ke lubang anus istriku.

istriku mengerang dan mengernyitkan dahinya dan “Mmmmmpppfpff ??.” pantat istriku bergetar lagi saat ulat itu mulai merangsang kelentit dan liang vagina istriku dan “Heeeeeeccccccgggghhhh ??”istriku melenguh saat kepala jamur batang kemaluan Mbah Bejo perlahan tapi pasti melesak ke lubang anus istriku.

“Amppuuuuuucccccchhhhhh ?.ampuuuuuun mbaaaaaah saaaakkkiiiii eeeeeeeh ?.. “pantat istriku bergetar lagi, rupanya setiap Mbah Bejo menekan penisnya ke lubang anus istriku, ulat yang menyumpal di liang vagina istriku bergetar dan mulut ulat itu menyedot kelentit istriku bersaamaan sehingga batang kemaluan Mbah Bejo semakin lama semakin dalam di lubang anus istriku.

Begitu batang kemaluan Mbah Bejo masuk seluruhnya di lubang anus istriku, Mbah Bejo pun mulai menarik kembali dan memasukkan kembali batang kemaluannya di dalam lubang anus istriku dan suara “slep slep slep” semakin lama semakin cepat terdengar dan tubuh istriku kedepan ke belakang mengikuti genjotan pantat Mbah Bejo mengeluar masukkan batang kemaluannya di lubang dubur istriku.

“Mbbbbbaaaaah akuuuuuu ??.” rintih istriku “Akuuuu jugaaaa jeng Yatiiiiii ??.” erang Mbah Bejo semakin cepat menggenjot batang kemaluannya di lubang vagina istriku dan “Mbaaaaaah Bejooooooooooo ??.

”istriku mengerang lirih dan Mbah Bejo menghujam batang kemaluannya dalam dalam ke lubang anus istriku yang mengalami orgasme ke lima dan tangan Mbah Bejo menarik pangkal paha istriku hingga pantat Mbah Bejo menyodok nyodok pantat bahenol istriku karena air manimya muncrat di dalam anus istriku dan bunyi “preeeet preeeet” seperti orang buang angin terdengar dari lubang anus istriku dan rupanya air mani Mbah Bejo keluar dari tekanan lubang anus istriku yang tersumpal oleh batang kemaluan Mbah Bejo yang cukup besar itu. Mereka kemudian menggelepar dan tersungkur bersamaan tubuh tua renta itu menindih tubuh sintal istriku yang benar benar lunglai melayani lelaki tua itu.

Keduanya pun tertidur karena kelelahan.

Sekitar pukul tujuh malam, istriku terbangun dan langsung mandi keramas. Istriku mengenakan stelan blaser dan rok span coklat muda malam itu dan kulihat istriku tanpa mengenakan BH dan celana dalamnya berhias diantara dua ranjang berdiri di depan cermin.

Mbah Bejo tak lama kemudian bangun dan mandi. Begitu istriku selesai berhias, Mbah Bejo pun selesai mandinya tanpa menggunakan apapun sehingga batang kemaluannya yang sebesar lampu TL 40 watt dan ujungnya yang seperti jamur besar itu sudah menegang kaku.

Mbah Bejo mendekati istriku dari belakang dan memeluk tubuh istriku, tangan kirinya langsung meremas payudara kiri istriku, sedang tangan kanan Mbah Bejo langsung menelusuri perut istriku dan kemudian menyingkap rok span istriku bagian depan dan menyusupkan tangan kanannya menggerayangi selangkangan istriku.

Tak lama kemudian bunyi kecepak “cek cek cek” di selangkangan istriku pun terdengar dan istriku mulai mendesis desis “Heeeeh heeeh heeeeh mbaaaaah ???” Pantat bahenol istriku pun mulai menungging nungging dan tangan kiri Mbah Bejo membuka resleting rok span istriku dan menariknya ke atas

Kedua kaki istriku semakin terkangkang karena tangan kanan Mbah Bejo semakin gencar mengocok dan mengelus bibir vagina istriku yang semakin basah yang menimbulkan suara kecepak yang semakin keras di selangkangan nya. Tangan kiri Mbah Bejo mendorong tubuh istriku ke depan sehingga tubuhnya bertumpu di meja rias dan punggung istriku sejajar dengan kepalanya yang mendekati cermin meja rias.

Mbah Bejo kemudian memegang pangkal batang kemaluannya yang menegang kaku dan dari belakang mengarahkan ujung batang kemaluannya yang seperti jamur ke liang vagina istriku dan rintihan istriku pun terdengar:

“Mbaaaaah jaaaanggggggg ?. uuuppppppffff besaaaar mbaaaaah oooooh maaas ?. akuuu disetubuhi mbaaah Bejoooo ?.ooooh maaass mekaaaar membesaaaaar hheghghghgh sesaaak liang kuuuu maaaaas ??.ooooh menjuluuuuur ke dalam liaaangkuuu eeeeh eh eh eh akuuu ngaaaak kuaaaat maaaas akuuu keluaaaaaarrr ??..ngngngngngngngng ?..”istriku mengerang dengan hebatnya,pantat bahenolnya tersentak sentak sehingga batang kemaluan Mbah Bejo secara otomatis amblas seluruhnya ke dalam liang vagina istriku.

“Mmmmmppppfffffff kok membesssaaaaar ?.. oooooh ?.. semakiiin dalaaaaam maaaas ?..maaaas hheeeeghhh ?. mekaaaaaar ?.. ffffff ?. akuuuu mmmmmmngngngngngngngng ??.”istriku kembali mencapai orgasmenya ke dua malam itu atau ke tujuh sejak siang tadi disetubuhi Mbah Bejo.

Tubuh istriku limbung dan Mbah Bejo memeluk istriku yang sempoyongan karena lutut istriku tak kuat menahan berat tubuhnya sendiri karena tenaga istriku terkuras melayani nafsu syahwat lelaki tua itu yang terus mengenjot menyetubuhi istriku tanpa ampun.

Tubuh istriku pun terjatuh di ranjangku dan posisi kakinya di kepalaku sehingga terlihat jelas batang kemaluan Mbah Bejo tengah menyumpal liang vagina istriku yang tertelungkup.

“Mbaaaaah aku diboooooooor ???” rintih istriku dan kulihat Mbah Bejo tanpa mengenjot pantatnya, batang kemaluannya terlihat dengan jelas membesar mengecil dan rupanya memanjang memendek seperti mata bor melubangi kayu.

“Mbaaaaaah akuuuuu keluaaaaar lagiiiiiiii ??”rintih istriku mencapai orgasme yang ketiga malam itu dan batang kemaluan Mbah Bejo terus mengebor liang vagina istriku, dan istriku merintih berkali kali.

Selanjutnya istriku terus menerus mengerang dan orgasme ke 4 kalinya, Mbah Bejo menyetubuhi istriku sampai pagi dan entah berapa kali istriku mengalami orgasme, sehingga keesokkan paginya istriku sulit berjalan, kata istriku bibir vaginanya membengkak, hingga dengan terpaksa istriku tak memakai celana dalamnya pada hari ke dua seminar itu.
Cerita Sex Terbaru : Ngentot  Gadis Bahenol Di Gudang Supermarket

Cerita Sex Terbaru : Ngentot Gadis Bahenol Di Gudang Supermarket


Info Cerita Terlengkap | Bisa Ngentot  Info Terbaru  |  Cerita Dewasa  | Cerita Sex Terbaru | Cerita Mesum | Cerita Ngentot |  Cerita Tante-tante | Seks Bergambar
 Cerita seks dewasa kali ini adalah cerita dewasa tentang pengalaman ngentot seorang laki-laki yang bekerja sebagai sales di sebuah supermarket di kota bandung, yang dimana peristiwa ini di mulai ketika seorang gadis manis yang bekerja di supermarket tersebut meminta bantuan untuk menggosokkan badan bagian belakangnya karena gatal. karena yang meminta bantuan adalah seorang gadis yang bahenol, seksi dengan badan yang montok dan payudara yang kenyal akhirnya laki-laki tersebut langsung saja menggaruk tanpa berpikir panjang. Dari situlah cerita seks dewasa ngentot dengan gadis cantik digudang supermarket ini bermula.

Cerita Sex Terbaru : Ngentot  Gadis Bahenol Di Gudang Supermarket




Cerita Seks Dewasa : Ngentot Dengan Gadis Cantik Di Gudang Supermarket



Aku bekerja sebagai sales assistant di sebuah supermarket Y di Bandung. Di tempat kerjaku ada seorang cewek bernama Ita. Ita adalah cewek yang paling akrab denganku. Segala masalahnya akan dia beritahukan padaku. Ita memang cantik, kulitnya putih, matanya bulat, buah dadanya pun membulat, tidak terlalu besar tapi cukup menantang membuat setiap laki-laki yang dekat dengannya ingin selalu menjamahnya. Siapapun yang melihat tubuh Ita pasti naik nafsu syahwatnya. Pantat Ita mengiurkan juga. Rambutnyapun panjang sebahu.
“Cerita dewasaku ngentot sama cewek cantik digudang supermarket tempat kerjaku“
Suatu hari Ita datang padaku”, Fer belakang badan Ita gatal-gatal nih”, Ita memberitahuku akan masalahnya.
“Tolong gosokkan ya, Fer” Ita menyuruhku.
“Kalau begitu kemarilah”, balasku dengan sedikit terkejut.
“Disini saja, di dalam gudang lebih nikmat” Ita memberitahuku dengan suara yang amat lembut dan begitu manja. Hatiku jadi cair.
“Fer” Ita menarik tanganku menuju ke dalam gudang yang tak jauh dari tempat kami berdiri tadi.
Kemudian Ita mengunci pintu gudang itu, serta mengambil bedak antiseptik di rak yang berdekatan, lalu mengulurkannya kepadaku. Aku tak sungkan-sungkan lagi, terus saja menaburkan bedak itu di atas telapak tanganku. Ita menarik baju yang dipakainya ke atas hingga sebatas tengkuk. Aku menelan ludah melihat ke belakang badan Ita, yang selama ini tak pernah aku lihat tanpa busana. Aku menepuk bedak yang ada di tanganku ke atas badan Ita. Hangat badannya. Aku mulai menggosok. Sesekali Ita kegelian, ketika aku mengurutkan jariku pada alur di tengah belakang badan Ita. Aku menggosok rata. Ita meraba-raba kancing BH-nya, lalu dilepaskannya, maka terurailah tali BH-nya itu di belakang badannya itu. berdesir darahku, aku menelan air liur, melihat aksi Ita yang berani itu tadi. Aku terus menggosok, dengan hati yang berdebar-debar. Aku merasa batang penisku sudah mulai mengeras. Aku merasa tak tahan. Tengah menggosok belakang badan Ita, tanganku secara perlahan-lahan merayap ke dada Ita.
“Hei! Apa-apaan nih”, Ita melarang sambil menepuk tanganku.
“Ohh! sorry”, aku meminta maaf.
Tanganku kembali ke bekakang. BH yang Ita pakai masih melekat di dadanya, menutupi buah dadanya yang mungil itu. Aku terus menggosok, kali ini turun sampai ke batas pinggang. Aku memberanikan diri mengurut ke dalam rok Ita, tetapi Ita menepuk lagi tanganku.
“Jangan!”, larang Ita lagi.
“Sudah hilang belum gatal itu?”, Tanyaku pada Ita.
“Belum!” jawab Ita pendek.
Aku merasa semakin terangsang, batang penisku semakin mengeras dan mula tegang! Aku coba lagi untuk meraba ke dada Ita, kini aku telah dapat memegang buah dada Ita yang lembut itu, yang tertutup dengan BH berwarna putih. Ita tidak lagi menepuk tanganku tetapi dia memegang tanganku yang aku takupkan pada payudaranya itu. Aku mulai meremas buah dada Ita. Ita menggeliat geli sambil tangannya memegang pergelangan tanganku. Ita nampak sudah mula merasa terangsang, dan memang ini adalah salah satu cara untuk membuat wanita terangsang. Aku mencium tengkuk Ita. Dia masih menggeliat-geliat akibat remasan serta ciumanku. Buah dadanya aku rasa sudah semakin menegang. Jariku kini memainkan peranan memilin-milin puting susu Ita pula! Aku sadari tadi memeluk Ita dari belakang. Batang penisku yang beberapa waktu lalu telah aku gunakan obat memperbesar penis tambah semakin keras menonjol itu aku gesek-gesekkan pada alur pantat Ita. Ita ketawa kecil, merangsang sekali! Ita membuka kancing bajunya dan terus menanggalkannya berserta BH-nya dan mencampakkannya di atas lantai.
Kini payudara Ita tak tertutup apa-apa lagi. Aku terus meremas-remas dan membalikkan badan Ita supaya berhadapan denganku. Ita menciumku rakus sekali, sambil mengulum-ngulum lidahku. Akupun begitu juga membalas dengan rakus serangan Ita. Aku menanggalkan bajuku. Ita mencium dadaku, perutku. Aku tetap mengecup-ngecup buah dada nya yang sudah mengeras tegang. Tanganku menekan-nekan pantatnya. Batang penisku semakin menegang. Tiba-tiba Ita berlutut, lalu membuka retsleting celanaku. Dia menarik keluar batang penisku yang tegak keras. Ita merasa kagum melihat batang penisku yang menegang secara maksimal itu. Ita menguak rambutnya ke belakang dan meng-”karaoke” batang kejantananku. Dia menggengam dengan rapi. Sambil mengulum secepat-cepatnya, tapi untung saja sebelumnya saya sudah memakai obat kuat lelaki hingga tidak cepat ejakulasi saat di kulum oleh ita.
Ita mengarahkan batang penis ke matanya, hidungnya, ke pipinya. Ita mencium sekitar batang penisku. Aku merasa nikmat sekali. Ita terus mengulum penisku hingga ke pangkal makin lama semakin cepat. Aku merasa kepala penisku terkena anak tekak Ita. Ngilu rasanya! Aku juga membantu Ita dengan mendorong dan menarik kepalanya.
“Ita, sudah hampir keluar! Sudah hampir keluar! Ita sengaja berlagak tak tahu saja, ketika aku katakan maniku sudah hendak keluar. Ita masih mengulum. Air maniku tersemprot memenuhi rongga mulut Ita. Dia lantas mencabut keluar penisku lalu menjilat-jilat air maniku. Dia nampaknya menikmati sekali. Penisku jadi lembek kembali!
“Aik! belum apa-apa sudah lembek”.
Ita mengulum lagi penisku. Penisku jadi tegang lagi. Ita tersenyum memandangnya. Aku membuka celana. Ita duduk di atas meja. Aku berlutut menarik rok dan celana dalamnya. Ita sudah bugil di depanku. Bulu yang tipis warna pirang menutupi vaginanya. Aku mencium sekitarnya. Ita meletakkan kedua belah kakinya di atas bahuku. Aku mengangkangkan paha Ita. Bibir vaginanya sedikit terbuka. Aku menjilatinya. Aku buka sedikit dengan jari lalu mengoreknya sedikit demi sedikit jariku menyodok vagina Ita.
“Argh, argh, argh!” Ita mengerang perlahan. Vaginanya terlihat basah sekai. Aku meletakkan kepala penisku ke pintu vaginanya. Aku sodok sedikit, “Argh!” Ita mengerang lagi. Laku aku tekan lagi. ” Yes!” suara Ita perlahan. Aku menyodok lagi dalam sedikit dan terus ke pangkal. Aku mendorong dan menarik berulang kali. Ita makin terlihat lemas dan nikmat. Aku merasa kehangatan lubang vagina Ita. Ita mencabut penisku keluar. Dia turun dari atas meja dan mendorongku telentang lalu duduk di atas badanku dan memasukkan lagi penisku ke dalam lubang vaginanya itu. Dia mengayun ke atas dan ke bawah.
Tak lama dia tarik keluar lagi penisku. Ita kini agresif. Aku mendorongnya telentang lagi. Ita merapatkan payudaranya dengan kedua belah tangannya.
“Masukin di celah susuku dong! Masukin di celah susu ah..!” Ita menyuruhku. Aku tidak sungkan-sungkan lagi terus melakukannya tapi sebentar saja. Aku duduk dan Ita masih telentang, pahaku di bawah paha Ita, aku sodok lagi penisku ke dalam vaginanya. Aku mengayun dengan perlahan. Licin dan sedap rasanya Ita bangun dan bertiarap di atas meja, kakinya lurus ke lantai menungging! Akupun berdiri lalu membuat ‘dog style’. Aku pegang kiri dan kanan pantat Ita dan mengayun lagi. Aku kemudian menyangkutkan sebelah kaki Ita di atas bahuku dalam posisi telentang. Aku sodok lagi tarik dan keluar dorong dan masuk ke dalam vaginanya, pokoknya malam itu kami merasakan kepuasan bersama dengan mencoba segala posisi.

Diajak Ml Ibu Dosen


Info Cerita Terlengkap | Bisa Ngentot  Info Terbaru  |  Cerita Dewasa  | Cerita Sex Terbaru | Cerita Mesum | Cerita Ngentot |  Cerita Tante-tante | Seks Bergambar

Diajak Ml Ibu Dosen, Saat itu aku masih duduk di semester 6 di salah satu perguruan tinggi Bandung, cerita sexku ini berawal saat aku lagi putus dengan pacarku, memang pacarku itu orangnya agak ribet sudah aku cintai malah dia bertingkah yang tidak mengenakan hatiku, dan akhirnya hubungan kami hanya bertahan 1 tahun, dia orangnya cemburuan karena posisiku disaat itu amengontrak rumah dengan 5 orang.

Cerita Ngentot :Diajak Ml Ibu Dosen


Cerita Mesum Gairah Tinggi Ibu Dosen
Kebetulan aku diajak kakaku untuk ikut dengannya jadinya aku disanan laki laki sendiri, awalnya aku ingin mencari tempat kos sendiri tapi karena kakakku sayang sekali padaku, aku tidak diperbolehkan pisah rumah, dan aku pun tinggal bersama teman kakakku kesemuanya wanita.

Diantara 4 teman kakakku ada salah satu yang menjadi dosen di Kampus lain, namanya Vita kesemuanya memanggil dengan nama Ibu karena dia tertua disini umurnya sekitar 40 tahun tapi masih sendiri belum menikah, saat aku berdua dengan ibu Vita. Dia bertanya.

“Lhoo kamu kok sendirian dan akhir akhir ini saya lihat kamu sering ngalamun”jangan jangan ngalamun dengan mantan paarmu itu ya”

“heeeehee ibu tau aja ya begitulah ibu”jawabku

Memang aku juga sering curhat soal pribadi dengan ibu Vita, karena dia sudah aku anggap seperti kakak keduaku dan tahu akan banyak hal.

“pantesan saja kamu akhir akhir ini selalau murung memikirkan dia terus ya???”

Sering aku bercerita dengan Ibu Vita sampai suatu ketika terjadi kejhadian tersebut.

Begitu dekatnya aku sama Ibu Vita sampai suatu waktu aku mengalami kejadian ini. Entah kenapa aku tidak sengaja sudah mulai ada perhatian sama Ibu Vita. Waktu itu tepatnya siang-siang semuanya pada kuliah, aku sedang sakit kepala jadinya aku bolos dari kuliah.

Siang itu tepat jam 11:00 siang saaat aku bangun, eh agak sedikit heran kok masih ada orang di rumah, biasanya kalau siang-siang bolong begini sudah pada nggak ada orang di rumah tapi kok hari ini kayaknya ada teman di rumah nih. Aku pergi ke arah dapur.
“Eh Ibu Vita, nggak ngajar Bu?” tanyaku.

“Kamu kok nggak kuliah?” tanya dia.

“Habis sakit Bu”, kataku.

“Sakit apa sakit?” goda Ibu Vita.

“Ah… Ibu Vita bisa aja”, kataku.

“Sudah makan belum?” tanyanya.

“Belum Bu”, kataku.

“Sudah Ibu Masakin aja sekalian sama kamu ya”, katanya.

Dengan cekatan Ibu Vita memasak, kita pun langsung makan berdua sambil ngobrol ngalor ngidul sampai-sampai kita membahas cerita yang agak berbau seks.

Kukira Ibu Vita nggak suka yang namanya cerita seks, eh tau-taunya dia membalas dengan cerita yang lebih hot lagi. Kita pun sudah semakin jauh ngomongnya. Tepat saat itu aku ngomongin tentang perempuan yang sudah lama nggak merasakan hubungan dengan lain jenisnya.

“Apa masih ada gitu keinginannya untuk itu?” tanyaku.

“Enak aja, emangnya nafsu itu ngenal usia gitu”, katanya.

“Oh kalau gitu Ibu Vita masih punya keinginan dong untuk ngerasain bagaimana hubungan dengan lain jenis”, kataku.

“So pasti dong”, katanya.

“Terus dengan siapa Ibu untuk itu, Ibu kan belum kimpoi”, dengan enaknya aku nyeletuk.

“Aku bersedia kok”, kataku lagi dengan sedikit agak cuek sambil kutatap wajahnya.

Ibu Vita agak merah pudar entah apa yang membawa keberanianku semakin membludak dan entah kapan mulainya aku mulai memegang tangannya. Dengan sedikit agak gugup Ibu Vita kebingungan sambil menarik kembali tangannya, dengan sedikit usaha aku harus merayu terus sampai dia benar-benar bersedia melakukannya.

“Okey, sorry ya Bu, aku sudah terlalu lancang terhadap Ibu Vita”, kataku.

“Nggak, aku kok yang salah memulainya dengan meladenimu bicara soal itu”, katanya.

Dengan sedikit kegirangan, dalam hatiku dengan lembut kupegang lagi tangannya sambil kudekatkan bibirku ke dahinya. Dengan lembut kukecup keningnya. Ibu Vita terbawa dengan situasi yang kubuat, dia menutup matanya dengan lembut. Juga kukecup sedikit di bawah kupingnya dengan lembut sambil kubisikkan,

“Aku sayang kamu, Ibu Vita”, tapi dia tidak menjawab sedikitpun.

Dengan sedikit agak ragu juga kudekatkan bibirku mendekati bibirnya. Cup… dengan begitu lembutnya aku merasa kelembutan bibir itu. Aduh lembutnya, dengan cekatan aku sudah menarik tubuhnya ke rangkulanku, dengan sedikit agak bernafsu kukecup lagi bibirnya.

Dengan sedikit terbuka bibirnya menyambut dengan lembut. Kukecup bibir bawahnya, eh… tanpa kuduga dia balas kecupanku. Kesempatan itu tidak kusia-siakan. Kutelusuri rongga mulutnya dengan sedikit kukulum lidahnya.

Kukecup, “Aah… cup… cup… cup…” dia juga mulai dengan nafsunya yang membara membalas kecupanku, ada sekitar 10 menitan kami melakukannya, tapi kali ini dia sudah dengan mata terbuka. Dengan sedikit ngos-ngosan kayak habis kerja keras saja.

“Aah… jangan panggil Ibu, panggil Vita aja ya!”

Kubisikkan Ibu Vita, “Vita kita ke kamarku aja yuk!”.

Dengan sedikit agak kaget juga tapi tanpa perlawanan yang berarti kutuntun dia ke kamarku. Kuajak dia duduk di tepi tempat tidurku. Aku sudah tidak tahan lagi, ini saatnya yang kutunggu-tunggu. Dengan perlahan kubuka kacing bajunya satu persatu, dengan lahapnya kupandangi tubuhnya. Ala mak… indahnya tubuh ini, kok nggak ada sih laki-laki yang kepengin untuk mencicipinya. Dengan sedikit membungkuk kujilati dengan telaten. Pertama-tama belahan gunung kembarnya.

“Ah… ssh… terus Ian”, Ibu Vita tidak sabar lagi,

BH-nya kubuka, terpampang sudah buah kembar yang montok ukuran 34 B. Kukecup ganti-gantian,

“Aah… sssh…” dengan sedikit agak ke bawah kutelusuri karena saat itu dia tepat menggunakan celana pendek yang kainnya agak tipis dan celananya juga tipis, kuelus dengan lembut,
“Aah… aku juga sudah mulai terangsang.

Kusikapkan celana pendeknya sampai terlepas sekaligus dengan celana dalamnya, hu… cantiknya gundukan yang mengembang. Dengan lembut kuelus-elus gundukan itu,

“Aah… uh… sssh… Ian kamu kok pintar sih, aku juga sudah nggak tahan lagi”,

Sebenarnya memang ini adalah pemula bagi aku, eh rupanya Vita juga sudah kepengin membuka celanaku dengan sekali tarik aja terlepas sudah celana pendek sekaligus celana dalamku.

“Oh… besar amat”, katanya. Kira-kira 18 cm dengan diameter 2 cm, dengan lembut dia mengelus zakarku,

“Uuh… uh… shhh..” dengan cermat aku berubah posisi 69, kupandangi sejenak gundukannya dengan pasti dan lembut. Aku mulai menciumi dari pusarnya terus turun ke bawah, kulumat kewanitaannya dengan lembut, aku berusaha memasukkan lidahku ke dalam lubang kemaluannya,

“Aah… uh… ssh….. terus Ian”, Vita mengerang.

“Aku juga enak Vita”, kataku. Dengan lembut di lumat habis kepala kemaluanku, di jilati dengan lembut,

“Assh… oh… ah…. Vita terus sayang”,

Dengan lahap juga kusapu semua dinding lubang kemaluannya, “Aahk… uh… ssh…..” sekitar 15 menit kami melakukan posisi 69, sudah kepengin mencoba yang namanya bersetubuh. Kuubah posisi, kembali memanggut bibirnya.

Sudah terasa kepala kemaluanku mencari sangkarnya. Dengan dibantu tangannya, diarahkan ke lubang kewanitaannya. Sedikit demi sedikit kudorong pinggulku,

“Aakh… sshh… pelan-pelan ya Ian, aku masih perawan”, katanya.

“Haaa…” aku kaget, benar rupa-rupanya dia masih suci.

Dengan sekali dorong lagi sudah terasa licin. Blessst,

“Aahk…” teriak Vita,

kudiamkan sebentar untuk menghilangkan rasa sakitnya, setelah 2 menitan lamanya kumulai menarik lagi batang kemaluanku dari dalam, terus kumaju mundurkan. Mungkin karena baru pertama kali hanya dengan waktu 7 menit Vita

“Aakh… ushh… usssh… ahhhkk… aku mau keluar Ian”, katanya.

“Tunggu, aku juga sudah mau keluar akh…” kataku.

Tiba-tiba menegang sudah lubang kemaluannya menjepit batang kemaluanku dan terasa kepala batang kemaluanku disiram sama air surganya, membuatku tidak kuat lagi memuntahkan

“Crot… crot… cret…” banyak juga air maniku muncrat di dalam lubang kemaluannya.

“Aakh…” aku lemas habis, aku tergeletak di sampingnya.

Dengan lembut dia cium bibirku, “Kamu menyesal Ian?” tanyanya.

“Ah nggak, kitakan sama-sama mau.”

Kami cepat-cepat berberes-beres supaya tidak ada kecurigaan, dan sejak kejadian itu aku sering bermain cinta dengan Ibu Vivien hal ini tentu saja kami lakukan jika di rumah sedang sepi, atau di tempat penginapan apabila kami sudah sedang kebelet dan di rumah sedang ramai. sejak kejadian itu pada diri kami berdua mulai bersemi benih-benih cinta, dan kini Ibu Vivien menjadi pacar gelapku.

Cerita Mesum : Bermain Sex Setiap Hari



Info Cerita Terlengkap | Bisa Ngentot  Info Terbaru  |  Cerita Dewasa  | Cerita Sex Terbaru | Cerita Mesum | Cerita Ngentot |  Cerita Tante-tante | Seks Bergambar
Tak Bisa Menahan Erangan. Dengan rasa suntuk dan sendirian dirumah, rasanya bête sekali aku browsing untuk pemutaran film di bioskop kebetulan film yang aku tunggu ditayangkan pukul 1 siang, maka aku putuskan untuk pergi ke bioskop sendirian, Nama aku Aufa sebelum berangkat aku bercermin dikamarnya dengan pakaian tengtop dan tonjolan payudaranya yang lumayan besar, rok mini yang ketat memperlihatkan kulit yang mulus dan bersih langsung berangkat menuju ke bioskop.

Cerita Mesum :Bermain Sex Setiap Hari



Cerita Mesum :Bermain Sex Setiap Hari
Di dalam ruang teater , susananya cukup penuh , karena ini adalah pemutaran perdana alias premiere.
Aufa menempati tempat duduknya , dan sementara film belum mulai diputar , pikiran Aufa melayang , memikirkan tentang mantannya dan masa masa indah dulu.

“maaf…permisi mbak …numpang lewat…….” sebuah suara mengaggetkan Aufa.

seorang pria tampan tampak tersenyum pada Aufa , tatapan pria itu menimbulkan perasaan aneh pada diri Aufa.

“ooh..ya ..maaf…” kata Aufa tersadar dan memberi jalan untuk pria itu lewat, dan ternyata pria itu duduk tepat disebelahnya.

setelah duduk pria itu kembali menatap Aufa,, tersenyum dan mengucapkan terima kasih, perasaan aneh pada diri Aufa kembali muncul, entah apa…. Aufa tak mau terlalu ambil pusing , film sudah dimulai.

Film sudah berjalan setengahnya , saat Aufa merasakan ada yg menyentuh lengannya, ia menoleh dan melihat pria itu sedang mengelus elus lengan Aufa tapi tatapan matanya tetap pada layar.

Aufa bisa saja marah dan memaki maki pria kurang ajar itu , namun entah mengapa ia membiarkan pria itu mengelus elus lengannya.

merasa tak ada penolakan dari Aufa , pria itu terus mengelus elus lengan Aufa, sambbil terus menatap pada layar.

Aufa sendiri hanya terdiam nafasnya seolah terhenti , ia tak bisa ( atau tak mau) menolak perlakuan pria itu , ia malah memejamkan mata seolah menikmati sentuhan demi sentuhan yg dilakukan oleh pria disebelahnya. Getaran getaran di tubuhnya terasa semakin kuat.


Aufa segera membuka mata dan tubuhnya bagai kena sengatan listrik saat ia merasakan tangan pria itu melewati lengannya dan menyentuh buah dadanya, awalnya hanya sentuhan sentuhan kecil , namun ketika kembali tak ada reaksi penolakan dari Aufa , sentuhan pria ini berubah menjadi remasan remasan yg membangkitkan bbirahi Aufa.

Dengan sedikit takut Aufa meoleh ke penonton di sebelahnya , ternyata org itu serius menonton.

Pria asing itu terus menerus meremas buah dada Aufa, menyebabkab puting Aufa perlahan mengeras tanda Aufa sudah sangat terangsang.

Pria itu sepertinya tahu hal itu , maka dengan berani tangannya menelusup masuk ke balik tank top Aufa dan menyentuh langsung buah dada itu.

tiba tiba handphone penonton disebelah berbunyi , membuat pria itu dengan segera menarik tangannya dan duduk manis seolah tak ada apa apa.

Aufa sendiri masih bingung apa yg terjadi , ia sama sekali tak kenal pria ini tapi …kenapa ia membiarkan pria itu berbuat kurang ajar padanya , membiarkan menyentuh tubuhnya , bahkan saat ini birahi Aufa semakin naik dan berharap pria ini kembali menyentuhnya.

Setelah beberapa menit , Aufa merasakan ada yag menelusup masuk ke balik rok pendeknya, mengelus elus paha mulusnya.

Aufa hanya menarik nafas panjang sambil menatap pria itu, dan seperti sebelumnya sambil menyentuh Aufa pandangan pria itu masih terarah pada layar.

Aufa mengerang tertahan saat sentuhan pria itu tiba di bagian sensitifnya , jari jari pra itu bergerak menggeliitk dengan gerakan putaran, tanpa sadar Aufa semakin melebarkan kakinya.

Aufa semakin terangsang dengan sentuhan erotis pria itu , vaginanya sudah mulai basah.

bahkan dalam diri Aufa ingin membalas perlakuan pria itu , dan menyetuh penisnya , ia seolah ingin penis pria itu masuk ke mulutnya.


Aufa memandang pria itu , yg ternyata juga sedang memandangi Aufa.
Mereka berdua saling berpandangan cukup lama , sampai akhirnya pria itu tersenyum dan bangkit sambil menarik tangan Aufa unutk ikut dengannya , Aufa sendiri dengan patuh ikut dengannya.

Dengan berdebar debar penuh gairah , Aufa mengikuti pria itu dan masuk ke toilet wanita, saat itu toilet sedang kosong.

Setelah mengunci pintu , mereka berciuman dengan ganasnya seolah mereka sepasang kekasih yg telah lama tidak bertemu.

Pria itu menarik pinggang Aufa dan merangkul erat tubuh molek gadis itu , Aufa bisa merasakan tonjolan penis pria itu menyentuhnya.

Ciuman mereka semakin ganas , lidah merak saling menyapu , pandangan mata mereka memancarkan gairah yg tak tertahankan.

Sambil terus berciuman, tangan pria itu beraksi di balik tank top Aufa , dan meremas remas nya sedikit keras, sampai akhirnya pria itu melepas tank top itu.

Pria itu menggemgam bulatan buah dada Aufa, menurunkan kepalanya dan mulai menjliati buah dada yg indah itu.

Ia menjilati puting Aufa dengan ujung lidah , meniupnya pelan , membuat Aufa bergidik dan geli, dilanjutkan dengan mengulum dan menyedot buah dada itu , lidahnya bergerak gerak memutar , membuat Aufa merintih nikmat , meresapi sensasi sensual ini.

Aufa kemudian menurunkan tubuhnya membuka kancing celana pria itu dan menurunkannya.

Pria itu hanya tersenyum menatap Aufa , saat Aufa juga menurunkan celana dalam yg mengurung penisnya.

Tak membuang waktu , Aufa menggengam penis itu ,menjliati dan mengulumnya sehingga makin mengeras.

Aufa bisa merasakan denyutan penis itu saat beraksi dengan jilatannya. Ujung kepala penis itu Aufa jilati memutar dengan lidahnya lalu kemudian dikulumnya beberapa saat dan diulang kembali, terus sampai Aufa semakin kuat menyedotnya.

nafas pria itu terdengar semakin berat menahan birahi.


Denyutan penis itu dirasakan Aufa semakin kentara saat tak lama kemudian memuntahkan isinya , langsung masuk ke tenggorokan Aufa.

Semburan spermanya ternyata cukup banyak ,Aufa tak mampu menelan semuanya , sebagian menetes diantara bibirnya yg manis. tanpa merasa jijik Aufa menelan cairan asin itu dan menjilati sisa sia yg menempel di penis pria itu.

“giliran saya…” kata pria itu samil mendorong Aufa ke dinding.

Pria itu melepaskan rok mini Aufa dan tentu saja bersama dalamannya.

Pria itu menciumi pangkal paha Aufa , menjilatinya , memainkan lidahnya di bibir vagina dan clitnya membuat Aufa tersiksa oleh kenikmatan.

Jilatan lembut pria itu diselingi dengan sedotan sedotan yg membuat Aufa makin menggelinjang tak tertahankan, mengetahui Aufa sudah terangsang tak tertahankan. pria itu berdiri dan tanpa basi basi langsung menusuk vagina itu dengan penisnya.

“aaaauhhhhhwhw….” Aufa mengerang saat penis itu menerobos masuk ,untuk memudahkan pria itu menagngkat kedua kaki Aufa dan kemudian mulai mendorong dorong keras penisnya masuk semakin dalam.
Aufa tak bisa menahan erangannnya , mulutnya terus merintih dan mengerang menikmati serangan demi serangan.

tiba tiba si pria mencabut kembali penisnya , membalikan tubuh Aufa , sedikit dibungkukkan dan menembusnya kembali dari belakang.

Aufa kemudian menyadari dalam posisi seperti ini , ia tak mungkin mencapai orgasme , maka ia memaksa pria itu mencabut kembli penisnya , medorongnya duduk di toilet, dan Aufa naik ke atasnya.
Aufa mencari posisi yg tepat ,, hingga penis pria itu kembali menembusnya .

posisi seperti itu ternyata menguntungkan juga bbagi pria itu , ia bbisa meremas buah dada yg menggemaskan itu . setiap Aufa bergerak buah dadanya turut bergoyang menggoda.
Butuh waktu yg agak lama sampai akhirnya mereka mencapai puncak dari kenikmatan permainan mereka.

Setelah puas mereka kembali berpakaian dan secara terpisah kembali ke tempat duduk masing masing ,
dan saat film usai . si pria asing itu tersenyum pada Aufa dan menjatuhkan sebuah kartu nama pada pangkuan Aufa.

Aufa membaca nama dan alamat di kartu nama itu dan berpikir apakah ia akan menemui orang asing itu lagi , dan berpikr kira kira…permainan seru apalagi yg akan ia jalani bersama pria itu..?
entah……..namun Aufa berpikir spertinya menarik…dan akan sangat menyenangkan.

Cerita Dewasa: Tante Vita Bernafsu Birahi


Info Cerita Terlengkap | Bisa Ngentot  Info Terbaru  |  Cerita Dewasa  | Cerita Sex Terbaru | Cerita Mesum | Cerita Ngentot |  Cerita Tante-tante | Seks Bergambar

Cerita Sex Tante Vita Sangat Hot, Nama saya Didit aku sekarang kuliah di Yogyakarta, disini saya akan berbagi cerita dewasa saya pengalaman pertama akan dunia sex dan membuat hasrat sexku semakin tinggi, saat itu aku masih sekolah di salah satu SMPN terkenal di Yogya teptnya hari selasa aku sakit karena malammnya aku makan yang pedas pedas perutku sakit terus.

Cerita Dewasa: Tante Vita Bernafsu Birahi



Cerita Dewasa: Tante Vita Bernafsu Birahi
Maka dari itu aku tidak bisa berangkat sekolah kemudian aku minta tolong untuk dibuatkan surat ijin kemudian aku menuju rumah temanku untuk menitipka ijin tidak berangkat kemudian aku pulang lagi kerumah, sampainya dirumah papa dan mamaku sudah pergi kekantor , mama sempat pesan untuk istirahat di rumah saja, ternyata mamaku mengundang tante Vita untuk menjaga saya.

Tante Vita waktu itu libur kuliahnya dia sekolah di perawat AKPER, obat sudah disiapkan oleh mamaku di meja makan sehabis minum obat selang 15 menitan mata saya tersa ngatuk sekali, saat mau memjamkan mata saya mendengar suara ketukan kamarku. "cerita sex tante horny"

“dia bilang Dit sudah tidur”

“saya menjawab belum tante.., tapi mata saya udah ngantuk berat.”

“kalau belum tante Vita boleh masuk kekamarmu”

Kemudian aku beranjak dari ranjang dan membukakan pintu kamarku , saat aku buka pintunya aku melihat tante Vita masih dalam keadaan basah kuyup ternyata dia habis aerobic dengan penampilan yang begitu seksi memakai pakain senamnya masuk kekamar, saat itu aku kelas 2 SMP melihat pemandangan seperti itu sangat gerogi dan gugup juga.

Melihat payudaranya yang menunjang keluar aku jadi menganga, kemudian aku lanjut ke ranjangku, dan kemudian tante Vita duduk disampingku sambil bilang “Dit kamu saya ajari permainan gak??katanya.

Mau aja tante tapi permainan apa nih, sahutku dengan senang,

“tapi permainan apa tante lha saya sekarang aja masih sakit gini”

Tanpa bicara tak lama tante Vita mengambil air yang ada di tasnya untuk membasahi kemaluanku dengan air mineralnya. “aku sempat menolak”karena pada saat usiaku aku masoih bingung apa yang mau dilakukan oleh tante Vita, kemudian dia member samho dikemaluanku yang sudah diberi air , terus digosoknya kemaluanku olehnya.

Semakin lama semakin keras kemaluanku setelah keras dan tegak berdiri kemaluanku , tante Vita melucuti pakaiannya satu persatau dari atas aku semakin tegang dan gugup “tubuhnya sintal banget”dalam hatiku bicara.

Payudaranya sungguh montok pentilnya pun terlihat keras, kemudian dia melucuti celananya aku melihat pantatnya juga yang montok , yahh aku disuguhkan pemandangan yang luar biasa melihat memeknya yang masih merah muda dengan bulu lebatnya, masih tegang kemaluanku dan dibersihkan olehnya dengan handuk dan dikasih air.
Ternyata dia mendekatkan mulutnya denga penisku, owwwwhhhhhh ternyata dia mengulum kemaluanku dadanya yang montok juga menempel di pahaku sungguh aku menikmati apa yang dilakukan tante Vita.

Nafasku mulai tidak beraturan semakin memburu saya masih memejamkan mata merasakan betapa enaknya dan nikmatnya permainan sex, kemudian reflek saya tanganku langsung memegang payudaranya dan meremas remas dengan gemasnya tangan satuku meraih vagina tante Vita aku masih mencari dimana tempat memek yang merah muda itu, aku tekankan jari saya kedalam memeknya , tante Vita bilang “ahhhkkkk Ditttttttttt”

Saya pun semakin semangat aku majukan wajahku ke wajahnya dan mengulum bibirnya yang seksi itu, aku tidak bisa berfikir lagi saat itu darah dalam diriku semkain naik setelah mengulum bibirnya aku turun ke lehernya dengan membasahi dengan mulutku aku turun lagi menuju keputingnya aku emut emut itu pentil tante Vita."cerita sex tante horny"

Dia semakin merintih “akkkhhhh Ditttttt teruss yang kencang emutnya” kurang lebih mungkin 20 menitan aku emut terus puting susunya menempel sebuah gigitanku disusunya, kemudian setelah lama begitu meminta saya untuk diatasnya.

Tante Vita bilang “sekarang tante kasih permainan yang mengesankan”

“apaan itu tante “ kemudia tak banyak omong tangan tante meraih kemaluanku yang tegang ini kemudian dimasukkan kedalam vaginanya , owwwwhhhh rasanya sungguh hanggat sekali didalam memek tante Vita, aku pun merintih kenikmatan,

“Akkhhhh yeessss tante lagi tante” mintaku kemudian tante mendorong pantantku untuk lebih masuk kedalammnya."cerita sex tante horny"

Begitulah tangan tante masih membantuku mengayukan penisku kedalam vaginaya , “akkkhhhhh tanteee nikamttt sunggggguhhh saya rasakannnnnnnn” perkataan itu yang membuat dan rasanya ada yang mau meletus dari penis saya owwwhh ternyata itu yang dinamakan mania tau pejuh seorang laki laki saat itu aku keluarkan di dalam vaginanya.

Saya pun merasa lemas kita beristirahat sebentar dan menuju ke kamar mandi bersama untuk membersihkan badan, tapi tak taunya tante Vita malah menggoda aku dengan cara membersihkan penisku dengan sabun sampai berdiri tegak lagi, dan mengulang lagi permainan itu di kamar mandi.

Sehabis kejadian itu kami berdua meras ketagihan untuk melakukannya lagi, tante Vita sering mengajak aku keluar pernah juga aku melakuka itu didalam mobilnya tante Vita, baiasanya dalam seminggu kita melakukan 3 – 4 kali, saya selalu diajari gaya permainan yang asik olehnya, memang dia pintar dalam melakukan variasi jadi kami tidak bosan."cerita sex tante horny"

Setelah kejadian itu lama sekali tante Vita sudah menikah dan aku merasa kesepian , kadang saya jika pingin hanya dengan pacar saya yang sekarang , Shinta kami juga mempunyai hypersex , tapi dari segi kepuasan saya lebih memilih tante Vita mungkin karena awal kenal sex dari dia, atau mungkin dia mahir dalam mengimbangi apa yang saya mau.

Lha apabila pembaca dari tante atapun wanita yang lain yang sekirannya tinggal dijogya sama sama mempunyai nafsu sex tinggi , kita bisa berkenalan aku tunggu di komentar jika berminat . terimakasih suidah menyimak sedikit ceritaku dengan tante Vita.

Foto Bugil :Nikmatnya Ngentot Gaya Nungging



Info Cerita Terlengkap | Bisa Ngentot  Info Terbaru  |  Cerita Dewasa  | Cerita Sex Terbaru | Cerita Mesum | Cerita Ngentot |  Cerita Tante-tante | Seks Bergambar
Cewek Bispak yang sedang melakukan hubungan intim, dikenal sebagai mahasiswi salah satu PTS di Jakarta, sebut saja namanya Maya, body seksi, pantat yang padat, memek yang sepit, sungguh nikmat sekali mari kita lihat bersama sama.

Foto Bugil :Nikmatnya Ngentot Gaya Nungging












Foto Bugil: Abg Montok Pamer memek


Info Cerita Terlengkap | Bisa Ngentot  Info Terbaru  |  Cerita Dewasa  | Cerita Sex Terbaru | Cerita Mesum | Cerita Ngentot |  Cerita Tante-tante | Seks Bergambar

Foto bugil ABG telanjang dikamar kos dengan mencari sensasi di sosmed dia bugil terlihat memarkan payudara dan bokong yang montok, seakan akan meminta untuk dimasukin rudal kedalam liang vaginanya.
Foto Bugil: Abg Montok Pamer memek
























Foto Bugil :Isep Kontol Sampai Muntah



Info Cerita Terlengkap | Bisa Ngentot  Info Terbaru  |  Cerita Dewasa  | Cerita Sex Terbaru | Cerita Mesum | Cerita Ngentot |  Cerita Tante-tante | Seks Bergambar
foto sex 2016,
telanjang tubuh SPG hot, kumpulan foto hot terbaru, foto bugil SPG, foto memek SPG, foto SPG girang, foto sex toket SPG, foto cewek SPG,
Foto Bugil :Isep Kontol Sampai Muntah







Cerita Dewasa : Kesan Ngentot Terbaru

Cerita Dewasa : Kesan Ngentot Terbaru


Info Cerita Terlengkap | Bisa Ngentot  Info Terbaru  |  Cerita Dewasa  | Cerita Sex Terbaru | Cerita Mesum | Cerita Ngentot |  Cerita Tante-tante | Seks Bergambar – Terlalu Nikmat dilupakan. Perjalanan yang amat menyenangkan aku menuju ke Surabaya, karena disana aku bertemu dengan sahabat lamaku yang sudah lama tidak bertemu, sayangnya kali ini aku tidak ditemani oleh suamiku karena kesibukan dalam pekerjaan yang tak bisa ditinggalkan, dengan ditemani wawan salah seorang kepercayaan di keluarga kami, kami terbang sore hari agar aku bisa istirahat dan meeting untuk besok pagi.
Cerita Dewasa : Kesan Ngentot Terbaru


Mengingat meeting besok aku perkirakan akan berlangsung cukup alot karena menyangkut negosiasi dan kontrak, disamping itu meeting dengan Pak Reza, calon clien, jadwalnya jam 10:00 pagi. Pukul 19:00 kami check in di Sheraton Hotel, setelah menyelesaikan administrasinya kami langsung masuk ke kamar masing masing untuk istirahat.

Kurendam tubuhku di bathtub dengan air hangat untuk melepas rasa penat setelah seharian meeting di kantor menyiapkan bahan meeting untuk besok. Cukup lama aku di kamar mandi hingga kudengar HP ku berbunyi, tapi tak kuperhatikan, paling juga suamiku yang lagi kesepian di rumah, pikirku.

Setelah puas merendam diri, kukeringkan tubuhku dengan handuk menuju ke kamar. Kukenakan pakaian santai, celana jeans straight dan kaos ketat full press body tanpa lengan hingga lekuk tubuhku tercetak jelas, kupandangi penampilanku di kaca, dadaku kelihatan padat dan menantang, cukup attraktif, di usiaku yang 32 tahun pasti orang akan mengira aku masih berumur sekitar 27 tahun.

Kutelepon ke rumah dan HP suamiku, tapi keduanya tidak ada yang jawab, lalu kuhubungi kamar Wawan yang nginap tepat di sebelah, idem ditto. Aku teringat miss call di HP-ku, ternyata si Rio, gigolo langgananku di Jakarta, kuhubungi dia.

“hallo sayang, tadi telepon ya” sapaku

“mbak Lily, ketemu yok, aku udah kangen nih, kita pesta yok, ntar aku yang nyiapin pesertanya, pasti oke deh mbak” suara dari ujung merajuk

“pesta apaan?”

“pesta asik deh, dijamin puas, Mbak Cuma sediakan tempatnya saja, lainnya serahkan ke Rio, pasti beres, aku jamin mbak” bujuknya

“emang berapa orang” tanyaku penasaran

“rencanaku sih aku dengan dua temanku, lainnya terserah mbak, jaminan kepuasannya Rio deh mbak”

“asik juga sih, sayang aku lagi di Surabaya nih, bagaimana kalo sekembalinya aku nanti”

“wah sayang juga sih mbak, aku lagi kangen sekarang nih”

“simpan saja dulu ya sayang, ntar pasti aku kabari sekembaliku nanti”

“baiklah mbak, jangan lupa ya”

“aku nggak akan lupa kok sayang, eh kamu punya teman di Surabaya nggak?” tanyaku ketika tiba tiba kurasakan gairahku naik mendengar rencana pestanya Rio.

“Nah kan bikin pesta di Surabaya” ada nada kecewa di suaranya

“gimana punya nggak, aku perlu malam ini saja”

“ada sih, biar dia hubungi Mbak nanti, nginapnya dimana sih?”

“kamu tahu kan seleraku, jangan asal ngasih ntar aku kecewa”

“garansi deh mbak”

Kumatikan HP setelah memberitahukan hotel dan kamarku, lalu aku ke lobby sendirian, masih sore, pikirku setelah melihat jam tanganku masih pukul 21:00 tapi cukup telat untuk makan malam.

Cukup banyak tamu yang makan malam, kuambil meja agak pojok menghadap ke pintu sehingga aku bisa mengamati tamu yang masuk. Ketika menunggu pesanan makanan aku melihat Pak Reza sedang makan bersama seorang temannya, maka kuhampiri dan kusapa dia.

“malam Bapak, apa kabar?” sapaku sambil menyalami dia

“eh Mbak Lily, kapan datang, kenalin ini Pak Edwin buyer kita yang akan meng-export barang kita ke Cina” sambut Pak Reza, aku menyalami Pak Edwin dengan hangat.

“silahkan duduk, gabung saja dengan kami, biar lebih rame, siapa tahu kita tak perlu lagi meeting besok” kelakar Pak Edwin dengan ramah.

“terima kasih Pak, wah kebetulan kita bertemu di sini, kan aku nginap di hotel ini” jawabku lalu duduk bergabung dengan mereka.

Kami pun bercakap ringan sambil makan malam, hingga aku tahu kalau Pak Edwin dan Pak Reza ternyata sobat lama yang selalu berbagi dalam suka dan duka, meskipun kelihatannya Pak Reza lebih tua

Menurut taksiranku sekitar 45 tahun, sementara Pak Edwin, seorang chinesse, mungkin usianya tidak lebih dari 40 tahun, maximum 37 tahun perkiraanku. Setelah selesai makan malam, aku pesan red wine kesukaanku, sementara mereka memesan minuman lain yang aku tidak terlalu perhatikan.

“Bagaimana dengan besok, everything is oke?” Tanya Pak Reza

“Untuk Bapak aku siapkan yang spesial, kalau tahu bapak ada disini pasti kubawa proposalku tadi” kelakarku sambil tersenyum melirik Pak Edwin, si cina ganteng itu.

Tak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 22:30, cukup lama juga kita ngobrol dan entah sudah berapa gelas red wine yang sudah meluncur membasahi tenggorokanku hingga kepalaku agak berat, tak pernah aku minum wine sebanyak ini, pengaruh alcohol sepertinya sudah menyerangku. Tamu sudah tidak banyak lagi disekitar kami. Kupanggil waitres untuk menyelesaikan pembayaran yang di charge ke kamarku.

Kamipun beranjak hendak pulang ketika tiba tiba kepalaku terasa berat dan badanku terhuyung ke Pak Edwin, Pak Reza sudah duluan pergi ketika Pak Edwin memeluk dan membimbingku ke lift menuju kamar, aku sendiri sudah diantara sadar dan tidak, ketika Pak Edwin mengambil tas tanganku dan mengambil kunci kamar lalu membukanya.

Dengan hati hati Pak Edwin merebahkan tubuhku di ranjang, dilepasnya sepatu hak tinggiku dan perlahan membetulkan posisi tubuhku, aku sudah tak ingat selanjutnya.

Kesadaranku tiba tiba timbul ketika kurasakan dadaku sesak dan ada kegelian bercampur nikmat di antara putingku, kubuka mataku dengan berat dan ternyata Pak Edwin sedang menindih tubuhku sambil mengulumi kedua putingku secara bergantian, tubuhku sudah telanjang, entah kapan dia melepasnya begitu juga Pak Edwin yang hanya memakai celana dalam.

Bukannya berontak setelah kesadaranku timbul tapi malah mendesah kenikmatan, kuremas rambut kepala Pak Edwin yang masih bermain di kedua buah dadaku. Tangannya mulai mempermainkan selangkanganku, entah kapan dia mulai menjamah tubuhku tapi kurasakan vaginaku sudah basah, aku Cuma mendesah desah dalam kenikmatan.

“sshh.. eehh.. eegghh” desahku membuat Pak Edwin makin bergairah, dia kemudian mencium bibirku dan kubalas dengan penuh gairah. Kuraba selangkangannya dan kudapati tonjolan mengeras di balik celananya, cukup besar pikirku. Sambil berciuman, kubuka celana dalamnya.

Dia menghentikan ciumannya untuk melepas hingga telanjang, ternyata penisnya yang tegang tidak sedasyat yang aku bayangkan, meski diameternya besar tapi tidak terlalu panjang, paling sepanjang genggamanku, dan lagi belum disunat, ada rasa sedikit kecewa di hatiku, tapi tak kutunjukkan.

Dia kembali menindih tubuhku, diciuminya leherku sambil mempermainkan lidahnya sepanjang leher dan pundakku, lalu turun dan berputar putar di buah dadaku, putingku tak lepas dari jilatannya yang ganas, jilatannya lalu beralih ke perut terus ke paha dan mempermainkan lututku, ternyata jilatan di lutut yang tak pernah kualami menimbulkan kenikmatan tersendiri. Daerah selangkangan adalah terminal terakhir dari lidahnya, dia mempermainkan klitoris dan bibir vaginaku sambil jari tangannya mulai mengocok vaginaku.

“sshh.. eegghh.. eehhmm.. ya Pak..truss Pak” desahku merasakan kenikmatan dari jilatan dan kocokan jari Pak Edwin. Pak Edwin kembali ke atasku, kakinya dikangkangkan di dadaku sambil menyodorkan penisnya, biasanya aku tak mau mengulum penis pada kesempatan pertama

Tapi kali ini entah karena masih terrpengaruh alcohol atau karena aku terlalu terangsang, maka kuterima saja penisnya di mulutku. Kupermainkan ujung kepalanya dengan lidah lalu turun ke batang penis, kemudian tak lupa kantung bolanya dan terakhir kumasukkan penis itu ke dalam mulutku, cukup kesulitan juga aku mengulum penisnya karena batang itu memang besar.

Dia mengocok mulutku dengan penisnya selama beberapa saat, cukup kewalahan juga aku menghadapi kocokannya untung, tidak berlangsung lama. Pak Edwin kembali berada diantara kakiku, disapukannya penisnya ke bibir vaginaku lalu mendorong tanpa kesulitan berarti hingga melesaklah penis itu ke vaginaku semua, aku merasa masih banyak ruang kosong di bagian dalam vaginaku meski di bagian luarnya terasa penuh oleh besarnya batang penis Pak Edwin.

“ehh.. sshh.. eeghghgh” aku mulai mendesah ketika Pak Edwin mulai mengocokkan penisnya, dengan cepat dia mengocokku seperti piston pada mesin mobil yang tancap gas, ada perbedaan rasa atas kocokan pada penis yang tidak disunat itu, gesekan pada dinding vaginaku kurang greger, tapi tak mengurangi kenikmatan malahan menambah pengalaman, tanpa ampun pantatnya turun naik di atas tubuhku sambil menciumi leher jenjangku, kurasakan kenikmatan dari kocokannya dan kegelian di leherku.

Pak Edwin menaikkan tubuhnya dan bertumpu pada lutut dia mengocokku, dengan posisi seperti ini aku bisa melihat expresi wajahnya yang kemerahan dibakar nafsu, tampak sekali rona merah diwajahnya karena kulitnya yang putih tipikal orang cina, wajah gantengnya bersemu kemerahan.

Kutarik wajahnya dan kucium bibirnya karena gemas, kocokannya makin cepat dan keras, keringat sudah membasahi tubuhnya meski belum terlalu lama kami bercinta. Kugoyangkan pantatku mengimbangi gerakannya, ternyata itu membuat dia melambung ke atas dan menyemprotlah spermanya di vaginaku, kepala penisnya kurasakan membesar dan menekan dinding vaginaku, denyutnya sampai terasa di bibir vaginaku, lalu dia terkulai lemas setelah menyemprotkan spermanya hingga habis.

Agak kecewa juga aku dibuatnya karena aku bahkan belum sempat merasakan sensasi yang lebih tinggi, terlalu cepat bagiku, tak lebih dari sepuluh menit.

“sorry aku duluan” bisiknya di telingaku sambil tubuhnya ditengkurapkan di atas tubuhku.

“nggak apa kok, ntar lagi” kataku menghibur diri sendiri, kudorong tubuhnya dan dia rebah disampingku, dipeluknya tubuhku, dengan tetap telanjang kami berpelukan, napasnya masih menderu deru.

Aku berdiri mengambil Marlboro putih dari tas tanganku, kunyalakan dan kuhisap dalam dalam dan kuhembuskan dengan keras untuk menutup kekesalan diriku.

“I need another kontol” pikirku kalut

Kulihat di HP ada SMS dari Rio dengan pesan “namanya Rino, akan menghubungi mbak, dari Rio”
Jarum jam sudah menunjukkan 23:20, berarti cukup lama aku tadi tidak sadarkan diri sampai akhirnya “dibangunkan” Pak Edwin, kulihat Pak Edwin sudah terlelap kecapekan, kupandangi dia, dengan postur tubuh yang cukup atletis dan wajah yang ganteng sungguh sayang dia tidak bisa bertahan lama, pikirku.

Kunyalakan Marlboro kedua untuk menurunkan birahiku yang masih tinggi setelah setelah mendapat rangsangan yang tak tuntas, lalu kucuci vaginaku dari sperma Edwin, kalau tidak ingat menjaga wibawa seorang boss, sudah kuminta si Wawan menemaniku malam ini, tapi ketepis angan itu karena akan merusak hubungan kerjaku dengannya.

Kulayangkan pandanganku keluar, gemerlap lampu Kota Surabaya masih kukenali meski sudah bertahun tahun kutinggalkan. Kalau tidak ada Pak Edwin mungkin sudah kuhubungi Rio untuk segera mengirim Rino kemari, tapi aku jadi nggak enak sama dia.

Ketika akan kunyalakan batang rokok ketiga, kudengar bel pintu berbunyi, agak kaget juga ada tamu malam malam begini, kuintip dari lubang intip di pintu, berdiri sosok laki laki tegap dengan wajah ganteng seganteng Antonio Banderas, maka kukenakan piyama dan kubuka pintu tanpa melepaskan rantai pengamannya.

“mbak Lily? saya Rino temannya Rio” sapanya

Agak bingung juga aku, disatu sisi aku membutuhkannya apalagi dengan penampilan dia yang begitu sexy sementara di sisi lain masih ada Pak Edwin di ranjang.

“Sebentar ya” kataku menutup pintu kembali, terus terang aku nggak tahu bagaimana menentukan sikap, sebenarnya aku nggak keberatan melayani mereka berdua malah itu yang aku harapkan tapi bagaimana dengan Pak Edwin, rekanan bisnis yang baru beberapa jam yang lalu aku kenal, tentu aku harus menjaga citraku sebagai seorang bisnis women professional, aku bingung memikirkannya.

“kudengar ada bel pintu, ada tamu kali” kata Pak Edwin dari ranjang

“eh..anu..enggak kok Pak” jawabku kaget agak terbata

“jangan panggil Pak kalau suasana begini, apalagi dengan apa yang baru saja terjadi, panggil Edwin atau Koh Edwin saja, toh hanya beberapa tahun lebih tua”

“iya teman lama, nggak penting sih, tapi kalau bapak keberatan aku suruh dia pulang biar besok dia kesini lagi” kataku

“ah nggak pa pa kok, santai saja” jawabnya ringan.

Aku kembali membuka pintu tapi aku yang keluar menemui dia di depan pintu, kini kulihat jelas postur tubuhnya yang tinggi dan atletis, usia paling banter 26 tahun, makin membuat aku kepanasan.

“di dalam ada rekanku, bilang aja kamu teman lama dan apapun yang terjadi nanti suka atau nggak suka kamu harus terima bahkan kalau aku memintamu untuk pulang tanpa melakukan apa apa kamu harus nurut, besok aku telepon lagi, aku mohon pengertianmu” kataku pada Rino tegas.

“Nggak apa mbak, aku ikuti saja permainan Mbak Lily, aku percaya sama Rio dan aku orangnya easy going kok mbak, pandai membawa diri” katanya lalu kupersilahkan masuk.

Kulihat Edwin masih berbaring di ranjang dengan bertutupkan selimut. Aku jadi canggung diantara dua laki laki yang baru kukenal ini sampai lupa mengenalkan mereka berdua, basa basi kutawari Rino minuman, tiba tiba Edwin bangkit dari ranjang dan dengan tetap telanjang dia ke kamar mandi. Aku kaget lalu melihat ke Rino yang hanya dibalas dengan senyuman nakal.

“wah ngganggu nih” celetuk Rino

“ah enggak udah selesai kok”jawabku singkat

“baru akan mulai lagi, kamu boleh tinggal atau ikutan atau pergi terserah kamu, tapi itu tergantung sama Lily” teriak Edwin dari kamar mandi, entah basa basi atau bercanda atau serius aku nggak tau.

“Rio udah cerita sama aku mengenai mbak” bisik Rino pelan supaya tidak terdengar Edwin.

Edwin keluar dari kamar mandi dengan tetap telanjang, dia mendekatiku menarikku dalam pelukannya lalu mencium bibirku, tanpa mempedulikan keberadaan Rino dia melorotkan piyamaku hingga aku telanjang di depan mereka berdua.

Kami kembali berpelukan dan berciuman, tangan Edwin mulai menjamah buah dadaku, meraba raba dan meremasnya. Ciumannya turun ke leherku hingga aku mendongak kegelian, kemudian Edwin mengulum putingku secara bergantian, kuremas remas rambutnya yang terbenam di kedua buah dadaku.

Kulihat Rino masih tetap duduk di kursi, entah kapan dia melepas baju tapi kini dia hanya mengenakan celana dalam mini merahnya, benjolan dibaliknya sungguh besar seakan celana dalamnya tak mampu menampung kebesarannya.

Badannya begitu atletis tanpa lemak di perut menambah ke-sexy-annya. Melihat potongan tubuhnya berahiku menjadi cepat naik disamping rangsangan dan serbuan dari Edwin di seluruh tubuhku, kupejamkan mataku sambil menikmati cumbuan Edwin.

Ketika jilatan Edwin mencapai selangkanganku, kuraskan pelukan dan rabaan di kedua buah dadaku dari belakang, kubuka mataku ternyata Edwin sedang sibuk di selangkanganku dan Rino berada di belakangku. Sambil meraba raba Rino menciumi tengkuk dan menjilati telingaku membuat aku menggelinjang kegelian mendapat rangsangan atas bawah depan belakang secara bersamaan, terutama yang dari Rino lebih menarik konsentrasiku.

Mereka merebahkan tubuhku di ranjang, Edwin tetap berkutat di vaginaku sementara Rino beralih mengulum putingku dari kiri ke kanan. Kugapai penis Rino yang menegang, agak kaget juga mendapati kenyataan bahwa penisnya lebih panjang, hampir dua kali punya Edwin meski batangnya tidak sebesar dia, tapi bentuknya yang lurus ke depan dan kepalanya yang besar membuat aku semakin ingin cepat menikmatinya, kukocok kocok untuk mendapatkan ketegangan maximum dari penisnya.

Edwin membalikkan tubuhku dan memintaku pada posisi doggie, Rino secara otomatis menempatkan dirinya di depanku hingga posisi penisnya tepat menghadap ke mukaku persisnya ke mulutku.

Untuk kedua kalinya Edwin melesakkan penisnya ke vaginaku dan langsung menyodok dengan keras hingga penis Rino menyentuh pipiku. Kuremas penis itu ketika Edwin dengan gairahnya mengobok obok vaginaku.

Tanpa sadar karena terpengaruh kenikmatan yang diberikan Edwin, kujilati Penis Rino dalam genggamanku dan akhirnya kukulum juga ketika Edwin menghentakkan tubuhnya ke pantatku, meski tidak sampai menyentuh dinding terdalam vaginaku tapi kurasakan kenikmatan demi kenikmatan pada setiap kocokannya.

Kukulum penis Rino dengan gairah segairah kocokan Edwin padaku, Rino memegang kepalaku dan menekan dalam dalam sehingga penisnya masuk lebih dalam ke mulutku meski tidak semuanya tertanam di dalam. Sambil mengocok tangan Edwin meraba raba punggungku hingga ke dadaku, sementara Rino tak pernah memberiku peluang untuk melepaskan penisnya dari mulutku.

“eegghhmm.. eegghh” desahku dari hidung karena mulutku tersumbat penis Edwin.

Tak lama kemudian Edwin menghentikan kocokannya dan mengeluakan penisnya dari vaginaku meski belum kurasakan orgasmenya, Rino lalu menggantikan posisi Edwin, dengan mudahnya dia melesakkan penisnya hingga masuk semua karena memang batangnya lebih kecil dari penis Edwin, kini ini kurasakan dinding bagian dalam vaginaku tersentuh, ada perasaan menggelitik ketika penis Rino menyentuhnya.

Dia langsung mengocok perlahan dengan penuh perasaan seakan menikmatai gesekan demi gesekan, makin lama makin cepat, tangannya memegang pinggangku dan menariknya berlawanan dengan gerakan tubuhnya sehingga penisnya makin masuk ke dalam mengisi rongga vaginaku yang tidak berhasil terisi oleh penis Edwin.

Ada kenikmatan yang berbeda antara Edwin dan Rino tapi keduanya menghasilkan sensasi yang luar biasa padaku saat ini. Cukup lama Rino menyodokku dari belakang, Edwin entah kemana dia tidak ada di depanku, mungkin dia meredakan nafsunya supaya tidak orgasme duluan.

Rino lalu membalikku, kini aku telentang di depannya, ditindihnya tubuhku dengan tubuh sexy-nya lalu kembali dia memasukkan penisnya, dengan sekali dorong amblaslah tertelan vaginaku, dengan cepat dan keras dia mengocokku, penisnya yang keras dengan kepala besar seakan mengaduk aduk isi vaginaku, aku mendesah tak tertahan merasakan kenikmatan yang kudapat.

“eehh..yess..fuck me hard..yess” desahku mulai ngaco menerima gerakan Rino yang eksotik itu. Sambil mendesah kupandangi wajah tampan Antonio Banderas-nya yang menurut taksiranku tidak lebih dari 26 tahun, membuat aku makin kelojotan dan tergila gila dibuatnya.

Kulihat Edwin berdiri di samping Rino, tatapan mataku tertuju pada penisnya yang terbungkus kondom yang menurutku aneh, ada asesoris di pangkal kondom itu, sepertinya ada kepala lagi di pangkal penisnya. Kulihat dia dan dia membalas tatapanku dengan pandangan dan senyum nakal.

Ditepuknya pundak Rino sebagai isyarat, agak kecewa juga ketika Rino menarik keluar penisnya disaat saat aku menikmatinya dengan penuh nafsu. Tapi kekecewaan itu tak berlangsung lama ketika Edwin menggantikan posisinya

Begitu penisnya mulai melesak masuk kedalam tak kurasakan perbedaannya dari sebelumnya tapi begitu penisnya masuk semua mulailah efek dari kondom berkepala itu kurasakan, ternyata kepala kondom itu langsung menggesek gesek klitorisku saat Edwin menghunjam tajam ke vaginaku, klitorisku seperti di gelitik gelitik saat Edwin mengocok vaginaku, suatu pengalaman baru bagiku dan kurasakan kenikmatan yang aneh tapi begitu penuh gairah.

Edwin merasakan kemenangan ketika tubuhku menggelinjang menikmati sensasinya. Rino kembali mengulum putingku dari satu ke satunya, lalu tubuhnya naik ke atas tubuhku dan mekangkangkan kakinya di kepalaku, disodorkannya penisnya ke mulutku, aku tak bisa menolak karena posisinya tepat mengarah ke mulut, kucium aroma vaginaku masih menempel di penisnya, langsung kubuka mulutku menerima penis itu.

Sementara kocokan Edwin di vaginaku makin menggila, kenikmatannya tak terkirakan, tapi aku tak sempat mendesah karena disibukkan penis Rino yang keluar masuk mulutku. Aku menerima dua kocokan bersamaan di atas dan dibawah, membuatku kewalahan menerima kenikmatan ini.

Setelah cukup lama mengocokku dengan kondom kepalanya, Edwin menarik keluar penisnya dan melepaskan kondomnya lalu dimasukkannya kembali ke vaginaku, tak lama kemudian kurasakan denyutan dari penis Edwin yang tertanam di vaginaku, denyutannya seakan memelarkan vaginaku karena terasa begitu membesar saat orgasme membuatku menyusul beberapa detik kemudian, dan kugapailah kenikmatan puncak dari permainan sex, kini aku bisa mendapatkan orgasme dari Edwin.

Tahu bahwa Edwin telah mendapatkan kepuasannya, Rino beranjak menggantikan posisi Edwin, tapi itu tak lama, dia memintaku untuk di atas dan kuturuti permintaannya.

Rino lalu telentang di sampingku, kunaiki tubuhnya dan kuatur tubuhku hingga penisnya bisa masuk ke vaginaku tanpa kesulitan berarti.

Aku langsung mengocok penisnya dengan gerakan menaik turunkan pantatku, buah dadaku yang menggantung di depannya tak lepas dari jamahannya, diremasnya dengan penuh gairah seiring dengan kocokanku. Gerakan pinggangku mendapat perlawanan dari Rino, makin dia melawan makin dalam penisnya menancap di vagina dan makin tinggi kenikmatan yang kudapat.

Karena gairahku belum turun banyak saat menggapai orgasme dengan Edwin, maka tak lama kemudian kugapai lagi orgasme berikutnya dari Rino, denyutanku seolah meremas remas penis Rino di vaginaku.

“OUUGGHH.. yess.. yess.. yess” teriakku

Rino yang belum mencapai puncaknya makin cepat mengocokku dari bawah, tubuhku ambruk di atas dadanya, sambil tetap mengocokku dia memeluk tubuhku dengan erat, kini aku Cuma bisa mendesah di dekat telinganya sambil sesekali kukulum.

Tak berapa lama kemudian Rino pun mencapai puncaknya, kurasakan semprotan sperma dan denyutan yang keras di vaginaku terutama kepala penisnya yang membesar hingga mengisi semua vaginaku.

“oouuhh..yess..I love it” teriakku saat merasakan orgasme dari Rino.

Kurasakan delapan atau sembilan denyutan keras yang disusul denyutan lainnya yang melemah hingga menghilang dan lemaslah batang penis di vaginaku itu.

Kami berpelukan beberapa saat, kucium bibirnya dan akupun berguling rebahan di sampingnya, Rino memiringkan tubuhnya menghadapku dan menumpangkan kaki kanannya di tubuhku sambil tangannya ditumpangkan di buah dadaku, kurasakan hembusan napasnya di telingaku.

“mbak Lily sungguh hebat” bisiknya pelan di telingaku.

Aku hanya memandangnya dan tersenyum penuh kepuasan. Cukup lama kami terdiam dalam keheningan, seolah merenung dan menikmati apa yang baru saja terjadi.

Akhirnya kami dikagetkan bunyi “beep” satu kali dari jam tangan Rino yang berarti sudah jam 1 malam.

“Rino, kamu nginap sini ya nemenin aku ya, Koh Edwin kalau nggak keberatan dan tidak ada yang marah di rumah kuminta ikut nemenin, gimana?” pintaku

“Dengan senang hati” jawabnya gembira, Rino hanya mengangguk sambil mencium keningku.

Kami bertiga rebahan di ranjang, kumiringkan tubuhku menghadap Edwin, kutumpangkan kaki kananku ke tubuhnya dan tanganku memeluk tubuhnya, sementara Rino memelukku dari belakang, tangannya memegang buah dadaku sementara kaki kanannya ditumpangkan ke pinggangku.Tak lama kemudian kami tertidur dalam kecapekan dan penuh kenangan, aku berada ditengah diantara dua laki laki yang baru kukenal beberapa jam yang lalu.

Entah berapa lama kami tidur dengan posisi seperti itu ketika kurasakan ada sesuatu yang menggelitik vaginaku, kubuka mataku untuk menepis kantuk, ternyata Rino berusaha memasukkan penisnya ke vaginaku dari belakang dengan posisi seperti itu.

Kuangkat sedikit kaki kananku untuk memberi kemudahan padanya, lalu kembali dia melesakkan penisnya ke vaginaku, aku masih tidak melepaskan pelukanku dari Edwin sementara Rino mulai mengocokku dari belakang dengan perlahan sambil meremas remas buah dadaku.

Tanganku pindah ke penis Edwin dan mengocoknya hingga berdiri, tapi anehnya Edwin masih memejamkan matanya, sepuluh menit kemudian Rino kurasakan denyutan kuat dari penis Rino pertanda dia orgasme, tanpa menoleh ke Rino aku melanjutkan tidurku, tapi ternyata Edwin sudah bangun, dia memintaku menghadap ke Rino ganti dia yang mengocokku dari belakang seperti tadi sambil aku memeluk tubuh Rino dan memegangi penisnya yang sudah mulai melemas.

Berbeda dengan kocokan Rino yang pelan pelan, Edwin melakukan kocokan dengan keras disertai remasan kuat di buah dadaku sampai sesekali aku menjerit dalam kenikmatan, cukup lama Edwin mengocokku hingga aku mengalami orgasme lagi beberapa detik sebelum dia mengalaminya, kemudian kami melanjutkan tidur yang terputus.

Kami terbangun sekitar pukul delapan ketika telepon berbunyi, kuangkat dan ternyata dari Wawan.

“pagi bu, udah bangun?” tanyanya dari seberang

“pagi juga Wawan, untung kamu bangunin kalau tidak bisa ketinggalan meeting nih, oke kita ketemu di bawah pukul 9, tolong di atur tempat meetingnya, cari yang bagus” jawabku memberi perintah

“beres bu” jawabnya

“Edwin, aku ada meeting dengan Pak Reza jam 10, kamu bagaimana?” tanyaku

“lho meetingnya kan juga sama sama aku” jawab Edwin

“oh ya? dia tidak pernah cerita tuh, dia Cuma bilang meetingnya antara aku, dia dan satu orang lagi rekannya”

“oke anyway, aku tak mau datang ke tempat meeting dengan pakaian yang sama dengan kemarin”

“Ayo mandi lalu kita cari pakaian di bawah” kataku

“Rino, kamu boleh tinggal disini atau pergi, tapi yang jelas aku nanti memerlukanmu setelah meeting” kataku sambil menuju ke kamar mandi menyusul Edwin yang mandi duluan.

Kami berdua mandi dibawah pancuran air hangat, kami saling menyabuni satu sama lain, dia memelukku dari belakang sambil meremas remas buah dadaku dan menjilati telingaku, kuraih penisnya dan kukocok, tubuh kami yang masih berbusa sabun saling menggesek licin, ternyata membuatku lebih erotis dan terangsang.

Tanpa menunggu lebih lama kuarahkan angkat kaki kananku dan mengarahkan penisnya ke vaginaku, dengan ketegangannya ditambah air sabun maka mudah baginya untuk masuk ke dalam, Edwin langsung menancapkan sedalam dia bisa.

Pancuran air panas membasahi tubuh kami berdua lebih romantis rasanya, tapi itu tak berlangsung lama ketika Edwin menyemprotkan spermanya di dalam vaginaku, tidak banyak dan tidak kencang memang tapi cukuplah untuk memulai hari ini dengan dengan penuh gairah.

Setelah mandi aku mengenakan pakaian kerja resmi, entah mengapa kupilih pakaian yang resmi tapi santai, mungkin karena terpengaruh perasaanku yang lagi bergairah maka tanpa bra kukenakan tank top dan kututup dengan blazer untuk menutupi putingku yang menonjol di balik tank top-ku, lalu kupadu dengan rok mini sehingga cukup kelihatan resmi, aku merasa sexy dibuatnya.

Kutinggalkan amplop berisi uang di meja dan kucium Rino.

“Kalau kamu mau mau keluar ada uang di meja, ambil saja ntar aku hubungi lagi, kalau mau tinggal up to you be my guest” bisikku yang dibalas ciuman dan remasan di buah dadaku.

Pukul 9:15 kami keluar kamar, bersamaan dengan Wawan keluar dari kamarnya tepat ketika aku keluar bersama Edwin dan Rino memberiku ciuman di depan pintu, dia menoleh ke arah kami tapi segera memalingkan wajahnya ke arah lain seolah tidak melihat, tapi aku yakin dia melihatnya.

“Morning Wawan” sapaku

“eh morning Bu, ruang meeting sudah aku atur dan semua dokumen sudah saya siapkan, copy file-nya ada di laptop ibu” jawabnya memberi laporan ketika kami menuju lift.

“Thanks Ndi” jawabku singkat.

Kami bertiga terdiam di lift, aku yang biasanya banyak bicara mencairkan suasana jadi kaku dan salah tingkah, masih memikirkan apa yang ada di pikiran Wawan bahwa aku keluar dari kamar dengan seorang laki laki dan ada laki laki lainnya di kamarku, ah persetan pikirku, saking kikuknya sampai aku lupa mengenalkan Edwin pada Wawan.

Dalam kebekuan kuamati Wawan dari bayangan di cermin lift, baru kusadari kalau sebenarnya Wawan mempunyai wajah tampan dan berwibawa, meski umurnya baru 27 tahun tapi ketegasan tampak di kerut wajahnya.

Sedikit lebih tinggi dariku tapi karena aku pakai sepatu hak tinggi, maka kini aku lebih tinggi darinya, posturnya tubuhnya cukup proporsional karena dia sering cerita kalau fitness secara teratur 3 kali seminggu, aku baru sadar bahwa selama ini aku nggak pernah melihat Wawan sebagai seorang laki laki, tapi lebih kepada pandangan seorang Bos ke anak buahnya.

Diluar dugaan, Wawan ternyata memergokiku saat mengamatinya, pandangan mata kami bertemu di pantulan cermin.

“Ting”, untunglah lift terbuka, aku segera keluar menghindar dari pandangan Wawan, kami langsung breakfast setelah terlebih dulu mencarikan Edwin pakaian dan dasi pengganti, meski Shopping Arcade masih belum buka karena terlalu pagi, tapi dengan sedikit paksaan akhirnya mereka mau juga melayani kami.

“Eh Bu Lily, saya kok belum dikenalin dengan Mas ini” Tanya Edwin bersikap resmi, mengingatkanku akan kekonyolanku pagi ini.

“Oh iya, Wawan, ini Pak Edwin, clien dari Pak Reza yang akan menjual produk kita ke Cina yang berarti Clien kita juga, dan nanti Pak Edwin akan gabung dengan kita di meeting” kataku yang disambut uluran tangan Edwin ke Wawan.

“Pak Edwin, Wawan ini salah satu orang kepercayaan saya, dialah yang in charge nanti, meski baru dua tahun ikut saya tapi naluri bisnisnya boleh di uji” lanjutku memuji Wawan, itu biasa kulakukan untuk memperbesar rasa percaya diri anak buah sekaligus supaya
clien lebih confident.

Ini adalah breakfast terlama yang pernah aku alami, serba salah tingkah dan yang pasti aku tak berani memandang Wawan, entah mengapa. Untunglah Edwin bisa mencairkan suasana bengan berbagai joke-nya.

Bertiga kami masuk ke ruang meeting yang sudah di booking Wawan, ternyata cukup nyaman suasananya, tidak seperti ruang meeting biasa yang kaku dan menjemukan, tapi lebih terkesan bernuansa santai tapi serius, Meeting table bulat dengan dikelilingi 6 kursi putar, sementara dipojokan ada sofa dan meja kecil, di ujung yang lain terdapat tea set lengkap dengan electric kettle.

Aku dan Wawan duduk bersebelahan menyiapkan dokumen di meja, kuletakkan laptop di depanku, Pak Edwin duduk di sebelah kiriku.

“Ndi tolong nyalakan laptop, aku ke toilet sebentar” kataku sambil meninggalkan mereka berdua. Kuhabiskan sebatang Marlboro di toilet untuk menghilangkan keteganganku dan kurapikan baju dan make up ku.

Pak Reza sudah berada di ruangan ditemani dengan wanita yang muda dan cantik ketika aku kembali ke ruangan meeting.

“Pagi Pak Reza, pagi Bu” sapaku sambil menyalami mereka berdua

“Pagi juga Mbak Lily, anda kelihatan cantik pagi ini” kata Pak Reza

“emang selama ini nggak cantik” jawabku

“Lily” sapaku pada wanita di samping Pak Reza sambil mengulurkan tangan

“Lisa” jawabnya sambil tersenyum manis

“bukan begitu, tapi pagi ini lebih cantik dan cerah”

“Oh Mbak Lisa, selama ini kita hanya bertemu lewat telepon dan faximile” kataku lagi

“dan sekarang inilah dia orangnya” lanjut Pak Reza.

Ternyata Wawan belum menyalakan laptopku, agak marah juga aku melihat dia tidak melaksanakan perintahku, maka dengan mata melotot ke arahnya kuambil kembali laptopku dari hadapannya lalu kunyalakan. Betapa terkejutnya aku ketika laptop itu menyala, tampak di monitor laptopku seorang wanita sedang telentang menerima kocokan di vaginanya sementara mulutnya mengulum penis kedua dan tangan satunya memegang penis ketiga, aku baru tersadar kalau sebelum berangkat dari kantor kemarin sempat membuka koleksi pic yang ada laptop-ku dan karena buru buru mungkin saat mematikan laptop bukan “shut down” yang aku pilih tapi “stand by”.

Mukaku merah dibuatnya, untung tak ada yang memperhatikan, langsung aku “re-booting”, kulirik Wawan tapi dia menyiapkan document dan tidak memperhatikanku, pantesan dia langsung mematikannya, pikirku. Aku jadi lebih salah tingkah lagi terhadap Wawan, tapi segera aku kembali konsentrasi untuk meeting ini.

Meeting dimulai dengan presentasi Wawan dan dilakukan tanya jawab, justru yang banyak bertanya adalah Lisa dan itu dilayani dengan cekatan oleh Wawan, sementara aku Cuma kadang kadang saja menguatkan pendapat Wawan atau membantunya membuat keputusan untuk menerima atau klarifikasi, hal ini kulakukan untuk lebih meyakinkan Lisa maupun Pak Reza disamping untuk memperbesar rasa percaya diri pada Wawan.

Cukup alot juga pembicaraan antara mereka berdua, tapi aku tak mau mencampuri sebelum dia benar benar kepepet. Aku kagum sama Lisa yang cantik tapi piawai dalam negosiasi.

Setelah masalah teknis dan kontrak selesai sampailah pada masalah harga dan itu adalah tugasku dengan Pak Reza, dengan beberapa alternatif harga yang aku tawarkan akhirnya dicapailah kesepakatan.

“Ndi, kamu revisi dan di print di Business Center supaya bisa ditandatangani sekarang juga, jangan lupa materei-nya” perintahku

“baik bu”jawabnya lalu dia keluar sambil membawa laptopku dokumen dokumen yang diperlukan.
Kupesan champagne merayakan kerja sama ini ketika Wawan sudah meninggalkan ruangan.

“Selamat Mbak Lily semoga sukses dengan kerja sama kita ini” Pak Edwin menyalamiku sambil mencium kedua pipiku.

Aku menyalami lalu memeluk Lisa dan menempelkan pipiku padanya.

“Anda begitu hebat dalam negosiasi” kataku

Tanpa kuduga dia menjawab berbisik di telingaku.

“terima kasih, Pak Reza tahu lho apa yang terjadi tadi malam di tempat Ibu”

“oh ya? apa itu”jawabku kaget

“Pak Edwin menginap di tempat mbak” katanya pelan mengagetkanku

“dan satu orang cowok lagi” lanjutnya

Kulepas pelukannya dan kupandangi Lisa yang masih kelihatan polos itu, lalu pandanganku beralih ke Edwin sebagai protes, tapi dia hanya mengerutkan kening dan mengangkat bahu saja sambil senyum.

Tak sempat terbengong lebih lama, Pak Reza menyalamiku

“Selamat atas kerja sama kita” katanya sambil menyalamiku dan tak kusangka sangka dia menarik tubuhku ke pelukannya

“I know what you did last night” katanya sambil mempererat pelukannya dan mengelus elus punggungku.

Aku masih tertegun tak merespon ucapan maupun tindakan Pak Reza, tapi kurasakan buah dadaku tergencet di dadanya saat dia memelukku erat.

“Pak Reza banyak orang, malu ah” jawabku pelan

“banyak orang? ini kan kita kita juga” jawabnya tanpa melepas pelukannya tapi malah meremas pantatku

Kulirik Pak Edwin, dia hanya bediri di pojok melihat kami, sementara Lisa malah mendekat ke Pak Edwin.

“Mari kita rayakan kerja sama ini dengan penuh persahabatan” bisiknya sambil mencium pipi dan bibirku bersamaan dengan tangannya menyingkap rok miniku hingga ke pinggang, aku yakin Lisa maupun Edwin bisa melihat celana dalam model “Thong” yang hanya terdapat penutup segitiga kecil di depan, hingga pasti mereka sudah melihat pantatku.

Ciuman Pak Reza sudah sampai di leherku, dilepasnya blazer yang menutupi bagian luarku hingga tampak tank top pink yang kukenakan dibaliknya. Dengan hanya mengenakan tank top, maka tampaklah putingku yang menonjol di baliknya.

Sebenarnya aku bisa saja menolak cumbuan Pak Reza kalau mau, tapi melihat pandangan Pak Reza yang penuh wibawa dan wajahnya yang galak tegas membuat aku takluk dalam pelukan dan ciumannya. Bukan ketakutan masalah bisnis, aku yakin sebagai seorang professional dia bisa membedakan antara bisnis dan pribadi, tapi memang pada dasarnya aku juga mau dicumbunya.

Kulihat Pak Edwin sudah berciuman dengan Lisa sementara tangannya meremas remas buah dada Lisa yang montok itu.

Pak Reza lalu menelentangkan tubuhku di atas meja meeting, disingkapkan rokku dan dari celah celana dalam mini dia mulai menciumi dan menjilati vaginaku dengan gairahnya.

Tiba tiba kami dikagetkan ketukan di pintu, segera aku berdiri dan membetulkan rok miniku dan kuambil blazerku, tapi Pak Reza memberi tanda supaya nggak usah dipakai.

Lisa membuka pintu, ternyata room boy yang mengantar champagne pesananku, Lisa menerima dan menyelesaikan pembayarannya ke kamarku dan dia minta supaya di depan pintu diberi tanda “DO NOT DISTURB”, setelah mengunci pintu Lisa membuka dan menuangkan untuk kami.

Pak Reza tak mau kehilangan waktu, begitu pintu ditutup, dia kembali memelukku lalu menurunkan tali tank top ku hingga ke tangan, setelah meremas remas sambil mencium leherku, ditariknya tank topku hingga ke perut, maka terpampanglah buah dadaku di depan semua orang.

“wow, very nice breast, begitu kencang, I love it” komentar Pak Reza lalu kepalanya dibenamkan di antara kedua bukit itu sambil tangannya meremas remasnya. Ciumannya dengan cepat berpindah ke puncak bukit dan secara bergantian dia mengulum dari satu puncak ke puncak lainnya.

Dengan cepat ciuman Pak Reza turun ke perut dan selangkanganku setelah terlebih dahulu melemparkan tank top ke Edwin dan kembali merebahkan aku di meja meeting, dijilatinya vaginaku dari balik celana dalamku.

Edwin mendekatiku dari atas lalu mencium bibirku dan meremas buah dadaku kemudian mengulum putingnya, sementara jilatan Pak Reza makin menggila di vaginaku, tapi aku tak berani mendesah. Lisa sudah melepas blazernya hingga kelihatan buah dadanya yang montok menantang dibalik kaos you can see ketatnya, dia hanya duduk memperhatikan kami, tak seorangpun menyentuh champagne yang sudah kupesan, ternyata akulah yang menjadi santapan selamat, bukan champagne itu. Disaat aku lagi meregang dalam kenikmatan, kembali kami dikagetkan suara handle pintu dibuka, lalu berganti dengan ketukan.

“Wawan” teriakku panik aku tak ingin Wawan melihatku dalam keadaan seperti ini, akan mengurangi wibawaku dimatanya.

Kudorong kepala Pak Reza dengan halus, aku mencari tank top atau blazerku tapi terlambat, Lisa sudah membuka dengan hati hati pintu itu dan masuklan Wawan dengan membawa laptop dan dokumen dokumennya sebelum aku sempat menutupi tubuh atasku.

Kulihat wajah Wawan melongo terkaget kaget melihat aku duduk di meja meeting dalam keadaan topless dan kaki di atas kursi, sementara Pak Reza masih jongkok di bawahku dan Edwin ada dibelakangku dengan bertelanjang dada.

“eh ma..ma..maaf mengganggu” katanya lalu berbalik ke pintu, tapi Lisa segera menghalangi dan menutup kembali pintu itu.

“Udah duduk saja di sini” jawab Lisa sambil menghalangi pintu itu dengan tubuhnya.

“tapi..tapi ..tapi ini harus ditandatangani” jawabnya belum sadar dengan apa yang terjadi.

“nggak ada tapi, tanda tangan mah gampang, sini aku Bantu” kata Lisa sambil mengambil dokumen dan laptop dari tangan Wawan dan meletakkannya di meja pojok ruangan di samping champagne..

“taruh di sini saja, kamu lihat sendiri kan mereka sedang sibuk” kata Lisa sambil menarik Wawan duduk disebelahnya di sofa.

Kulihat wajah Wawan masih melongo kaget melihat bagaimana tingkah lakuku.

“Sudah terlambat, persetan, apa yang terjadi terjadilah” pikirku dan kembali telentang di meja menuruti permintaan Pak Reza, dipelorotnya rok mini dan celana dalamku.

Pada mulanya agak risih juga bertelanjang di depan Wawan tapi selanjutnya sudah tak kuperhatikan lagi kehadiran Wawan di ruangan itu ketika lidah Pak Reza dengan cantiknya kembali menggelitik klitorisku. Edwin membimbing tanganku dan dipegangkan ke penisnya yang sudah tegang, ternyata dia sudah mengeluarkan penisnya dari lubang resliting, tanpa menunggu lebih lama kukocok penis itu.

Pak Reza melepas celana dalamku dan dilemparkannya ke arah Lisa dan Wawan, ternyata Lisa sudah duduk di pangkuan Wawan dan mereka sedang berciuman.

Pak Reza menarikku duduk di tepi meja, ternyata dia masih berpakaian lengkap, kubantu melepaskan pakaiannya, lalu aku jongkok di depannya, kupelorotkan celananya, ternyata dia tidak memakai celana dalam, dan wow penisnya yang menegang membuatku terpesona, besar dengan guratan otot di batangnya menonjol dengan jelas.

Segera kujilati kepala penisnya dan memasukkan kepala penisnya ke mulutku, kupermainkan dengan lidahku di dalam, tak tahan diperlakukan seperti itu, Pak Reza menaikkanku kembali duduk di meja, disapukannya kepala penis itu ke bibir vaginaku, pelan pelan mendorong hingga masuk semua lalu didiamkannya sejenak, maka melesaklah penis kedua di hari untuk vaginaku.

Dia memandangku dengan penuh nafsu, mencium bibirku, lalu mulai menggoyangkan pantatnya maju mundur mengocok vaginaku, tangannya meraba buah dadaku lalu wajahku dan jarinya dimasukkan ke mulutku, kukulum dan kupermainkan jarinya dengan lidahku.

Pak Edwin mendekat lalu meremas remas buah dadaku, kuraih penisnya yang masih tegang nongol dari lubang resliting dan kukocok seirama kocokan Pak Reza.

Kudengar desahan dari tempat lain, ternyata Lisa sudah semi telanjang di pangkuan Wawan sedang mendapat kuluman dan remasan darinya di kedua putingnya, buah dada Lisa yang montok itu hampir menutup wajah Wawan yang sedang terbenam di celah celahnya.

Melihat hal itu, Pak Edwin meninggalkan kami menuju ke Lisa dan Wawan, segera dia mengulum puting Lisa yang merah menantang berbagi dengan Wawan, mendapat kuluman dari dua orang, Lisa sepertinya ingin teriak tapi ditahannya dengan menggigit jarinya.

Setelah puas mengocokku dari depan sambil meremas remas buah dadaku, Pak Reza memintaku berbalik, maka aku berdiri membelakangi dia dan tubuhku membungkuk ke depan bertumpu pada meja, kaki kananku kunaikkan di kursi, Pak Reza kembali melesakkan penisnya di vaginaku, dia mengocok dengan kerasnya hingga meja meeting itu begoyang goyang. Dengan posisi seperti ini aku bisa melihat Lisa sedang duduk di sofa menerima jilatan Wawan di vagina mengulum penis Pak Edwin yang berdiri di sampingnya.

Kocokan Pak Reza serasa menggesek semua sisi dinding vaginaku, begitu nikmat hingga aku melayang dibuatnya, ingin aku menjerit karenanya tapi kutahan dengan menggigit bibirku.

Terbuai oleh kenikmatan dari Pak Reza, tanpa kusadari ternyata Lisa, Wawan dan Edwin ternyata sudah bergeser ke meja di dekatku hingga aku bisa melihat dengan jelas bagaimana Wawan mempermainkan klitoris Lisa sambil mengocokkan jarinya, ternyata dia sudah mahir juga, batinku. Sementara Pak Edwin berada di antara aku dan Lisa, sambil mengulum puting Lisa dia meremas buah dadaku.

Terkaget aku ketika melihat Wawan mengusapkan penisnya di vagina Lisa, ternyata penis Wawan begitu besar, sepertinya jauh lebih besar dari punya Pak Reza apalagi Pak Edwin, mungkin sama besar dengan punya suamiku tapi dengan bentuk yang melengkung ke atas membuatku ingin menikmatinya, itu adalah bentuk penis favoritku.

Sepertinya dia kesulitan memasukkan penis besarnya ke vagina Lisa, berulang kali dia berusaha memasukkan tapi gagal meski vagina Lisa sudah basah, dicoba lagi dan dicoba lagi hingga berhasil meski hanya separuh, tapi Lisa sudah menggelinjang gelinjang entah kesakitan atau ke-enak-an.

Kupegang tangannya dan dia meremasnya dengan kuat saat Wawan berusaha mendorong lebih dalam, memasukkan mili demi mili penisnya ke dalam vagina Lisa. Sementara kocokan Pak Reza juga tak kalah nikmatnya, goyangannya semakin bervariasi menghunjam vaginaku dari berbagai arah dan gerakan. Tangan kami saling meremas dalam kenikmatan.

Wawan mulai mengocok Lisa dengan perlahan dan semakin lama semakin cepat, desah tertahan keluar dari hidung Lisa, dia kelojotan menerima kocokan Wawan meskipun pelan menurutku, sambil meremas buah dada Lisa Wawan mulai mempercepat dan menyodok dengan keras. Remasan tangan Lisa makin kencang, sekencang kocokan Wawan padanya.

“Aaauughh..eeghh..ss” teriak Lisa tak dapat menahan kenikmatan yang diberikan Wawan.

“sstt” bisikku sambil menutupkan tanganku ke mulutnya, meski aku sendiri sedang terbakar nafsu dan kenikmatan.

Wawan mengocok Lisa dengan penuh gairah nafsu, buah dada Lisa yang besar bergoyang goyang liar seiring dengan kocokannya, tapi segera dihentikan dengan kuluman Pak Edwin yang sepertinya nggak rela membiarkan buah dada itu bergoyang sendirian.

Kokocakan Pak Reza sungguh bervariasi, baik kecepatan, arah maupun goyangannya, sungguh trampil dia dalam bercinta, membuatku panas dingin dibuatnya.

Setelah puas mengocokku, Pak Reza menarik keluar penisnya, dan digantikan dengan Pak Edwin mengocokku. Aku berjongkok di kursi dan tanganku bersandarkan sandaran kursi hingga Pak Edwin mengocokku dengan doggie style dengan tetap menghadap ke Lisa dan Wawan dan juga Pak Reza yang kini berdiri di sisi Wawan menunggu giliran sambil meremas dan mengulum buah dada Lisa yang montok manantang itu menggantikan posisi Pak Edwin.

Wawan mengocok Lisa makin ganas, dengan satu kaki terangkat di pundaknya sedang satu kaki lagi dipegang tangannya dengan posisi terpentang pasti penis Wawan melesak masuk ke vagina Lisa hingga menyentuh dinding terdalamnya, dengan disertai dorongan yang keras pasti Lisa sudah terbang ke awang awang kenikmatan.

Wawan lalu memiringkan tubuh Lisa hingga dia menghadap ke arahku, lalu dia kembali mengocoknya dengan keras, buah dada Lisa ikut bergoyang goyang seirama kocokan Wawan. “gila hebat juga ini anak” batinku.

Kocokan Pak Edwin tak terlalu kuperhatikan karena setelah mendapatkan Pak Reza punya Pak Edwin tidaklah terlalu berasa meski aku bisa menikmati sedikit kenikmatan yang berbeda, dengan melihat bagaimana Wawan memperlakukan Lisa aku bisa dengan cepat bergairah kembali, maka kugoyangkan pantatku melawan gerakan Pak Edwin, secepat kocokan Wawan pada Lisa, aku begitu horny dibuatnya, sambil berharap supaya Wawan tidak orgasme di vagina Lisa terlebih dahulu supaya aku bisa menikmati semprotan pertamanya.

Sambil menunggu giliran yang belum juga diberikan Wawan, Pak Reza menggapai buah dadaku dan tangan satunya meremas buah dada Lisa yang lebih montok seolah hendak membandingkan, kedua tangannya meremas dua buah dada yang berlainan bentuk dan ukuran.

Aku sudah khawatir cemas kalau ternyata Wawan menyemprotkan spermanya di vagina Lisa terlebih dahulu, karena sudah cukup lama dia mengocokkan penisnya ke vagina Lisa, sudah setengah jam lebih.

“gila kuat juga si Wawan ini” batinku.

Kini Wawan mengocok Lisa dengan posisi doggie di atas kursi, meniru posisiku hingga kami saling berhadapan, buah dada Lisa yang besar menggantung dan bergoyang dengan indahnya ketika Wawan mengocoknya, Pak Reza yang masih menunggu giliran dari Wawan duduk di meja antara kami, hingga kami bisa mengulumnya secara bersamaan antara kuluman dan jilatan. Lisa mengulum maka aku menjilati sisanya begitu juga sebaliknya, dua lidah di satu penis.

Mendapatkan perlakuan seperti itu dari dua wanita cantik seperti aku dan Lisa membuat Pak Reza merem melek, tangannya meremas rambutku juga rambut Lisa. Sepertinya Lisa sudah bisa merasakan nikmatnya penis Wawan yang besar itu hingga dia bisa membagi konsentrasi dengan kuluman pada penis Pak Reza.

Wawan menghentikan kocokannya dan menyerahkan Lisa ke Bos-nya dan mereka bertukar tempat, Wawan mengganti posisi pada mulut Lisa setelah terlebih dahulu memutar kursi Lisa menjauh dariku, kecewa juga aku dibuatnya karena tidak bisa menikmati penis Wawan itu, ingin minta tapi masih ada perasaan segan atau gengsi. Masih bisa kulihat dengan lebih jelas betapa nikmatnya penis Wawan itu hingga Lisa mengulum dengan ganasnya meski tak bisa memasukkan semuanya.

Aku yakin Lisa kurang bisa menikmati Pak Reza setelah merasakan penis Wawan. Kocokan Pak Edwin tidak kuperhatikan lagi, tapi aku lebih menikmati kuluman Lisa pada penis Wawan itu meski Pak Edwin mulai melakukan variasi gerakannya, tangannya mengelus punggung dan buah dadaku, dia lalu memutar kursi hingga Aku dan Lisa berjejer, tapi Wawan malah menggeser tubuhnya ke sisi lain malah menjauhiku.

Pak Reza meremas buah dadaku sambil mengocok Lisa, sementara Pak Edwin meremas buah dada Lisa sambil mengocokku dan Wawan meremas remas buah dada montok yang satunya dari sisi lainnya, kini Lisa mendapat servis dari tiga orang, sementara aku menginginkan Wawan tapi dia selalu menghindariku sepertinya dia segan menyentuhku.

“come on Wawan, satu remasan atau satu kuluman saja darimu, I need you” jerit batinku tapi kembali rasa gengsi sebagai Bos terhadap dia masih tinggi. Wawan berciuman dengan Lisa sambil tangannya tetap meremas buah dadanya, aku iri melihatnya, bahkan ketika Pak Reza dan Pak Edwin bertukar tempat, Wawan tetap tak mau beranjak ke arahku.

Kembali aku mendapat kocokan dari Pak Reza, oh much better than before, kurasakan kenikmatan kembali dari Pak Reza, ouh betapa nikmatnya sodokan dan kocokan beliau jauh lebih nikmat dibwawanng dengan Pak Edwin tadi, kini aku kembali tenggelam dalam kenikmatan birahi. Tapi itu tak berlangsung lama ketika Pak Reza dan Pak Edwin bertukaran tempat lagi, hingga tiga kali.

Tak lama kemudian ketika Pak Reza sedang keras kerasnya menyodokku, kembali aku dibuat iri pada Lisa saat Pak Edwin dan Wawan bertukar tempat, Lisa sudah mendapat kocokan Wawan untuk kedua kalinya, kepalanya mendongak dan tubuhnya menggeliat ketika Wawan memasukkan kembali penisnya tapi tak lama setelah itu dia sudah mulai mengulum penis Pak Edwin.

Pak Reza kembali meremas remas buah dada Lisa sambil mengocokku tapi Wawan tak mau melakukan hal itu padaku, dia tetap serius mengocok Lisa sampai berulang kali dia menggeliat ketika Wawan mengocoknya dengan keras. “Lisa sudah mendapatkan tiga penis, di mulut maupun vagina, tapi aku baru dua, itupun kurang memuaskanku” teriak batinku.

Kupandangi wajah Wawan ketika mengocok Lisa begitu ganteng dan cool, expresinya tidak berubah seperti biasa saja kecuali keringatnya yang menetes membasahi tubuhnya yang atletis itu sehingga makin sexy. Belum sekalipun Wawan menyentuhku, entah dia mau menghukumku atau karena segan, aku tak tahu.

Kuhibur diriku dengan berkonsentrasi pada kocokan Pak Reza, aku tak mau tersiksa terlalu lama mengharapkan Wawan, maka kugerakkan pinggangku mengimbangi Pak Reza dan hasilnya sungguh luar biasa, dia bergerak semakin liar dan akhirnya tak bisa bertahan lama, maka menyemprotlah spermanya ke vaginaku dengan kencangnya, kurasakan denyutan yang keras dari penisnya di dalam vaginaku seakan menghantam dinding rahimku. Bersamaan dengan semprotan Pak Reza, ternyata Pak Edwinpun menyemprotkan spermanya di muka Lisa, sperma itu menyemprot kemana mana baik di mulut, wajah dan sebagian ke rambutnya.

Pak Reza menarik penisnya yang sudah lemas begitupun dengan Pak Edwin, aku belum mencapai orgasme, hanya satu penis yang masih berdiri yaitu Wawan, akhirnya aku harus mengalahkan gengsiku yang dari tadi mencegahku.

Kuhampiri Wawan yang sedang menyocok Lisa, dari belakang kupeluk dia hingga tubuh telanjangku menempel di punggungnya, keringat kami menyatu, aku elus dadanya yang bidang berbulu. Sesaat dia menghentikan gerakannya tapi kemudian dilanjutkan kembali dengan lebih keras.

Merasa belum mendapat respon darinya, aku bergeser ke depan, kujilati puting dadanya sambil mengelus kantung bolanya, Wawan masih tetap tak mau menyentuhku malah makin cepat mengocok Lisa, maka kupegang tangannya dan kuletakkan di buah dadaku, kugosok gosokkan, barulah dia mulai merespon dengan remasan halus tanpa berhenti mengocok Lisa, lalu kucium bibirnya, tanpa kuduga dia langsung memegang kepalaku dan diciumnya bibirku dengan penuh gairah, full of passion, seperti orang melepas rindu berat, mungkin dari tadi Wawan memang menginginkanku tapi tidak berani.

Ciuman pada bibirku yang penuh nafsu tak menghentikan kocokan pada Lisa, lalu turun ke leherku sebagai sasaran selanjutnya dan berhenti di kedua putingku.

Dengan penuh nafsu dan dengan liarnya dia mengulum, menjilat, menyedot dan meremas remas puting dan buah dadaku. Ouuhh aku menggeliat dalam kenikmatan yang indah.

Konsentrasiku terganggu ketika kudengar teriakan dari Lisa yang sedang mencapai kenikmatatan tertinggi, dia mengalami orgasme dengan hebatnya, terlihat badannya bergetar hebat dan kepalanya digoyang goyangkan seperti orang yang kesetanan, beberapa detik kemudian tubuhnya melemas di atas kursi dengan napas terputus putus.

Bersamaan dengan ditariknya penis dari vagina Lisa, dia mendorong tubuhku ke bawah lalu disodorkannya penis besar itu ke wajahku, agak ragu sejenak tapi kemudian tanpa membuang waktu lebih lama kukulum juga penis anak buah kepercayaanku itu, seperti dugaanku ternyata aku tak mampu mengulum penis itu semuanya, lalu kukocok pelan, aroma dari vagina Lisa tercium olehku tapi tak kupedulikan, Wawan memegang kepalaku dan mengocokkan penisnya di mulutku dengan liar, hampir aku tak bisa bernafas.

Lisa sudah duduk di antara Pak Edwin dan Pak Reza, kemudian Wawan memintaku duduk di kursi, dipegangnya kedua kakiku dan dipentangkannya, kuraih penis besar yang dari tadi kuimpikan, kusapukan di bibir vaginaku dan kuarahkan masuk, ternyata Wawan tak mau terlalu lama bermain main di luar, dengan keras di sodoknya penis besar itu masuk ke vaginaku.

“OOUUGGHHh” teriakku spontan lalu kututupi mulutku dengan tangan sambil melotot ke arahnya.

Vaginaku terasa penuh hingga aku tak berani menggerakkan tubuhku, tapi Wawan seperti tak peduli, langsung mengocokku dengan cepat dan keras, kurasakan penisnya menggesek seluruh dinding dan mengisi semua rongga di vaginaku

Begitu nikmat hingga seakan aku melayang layang dalam kenikmatan birahi yang tinggi. Kakiku kujepitkan di pinggangnya, kedua tangannya meremas dengan keras kedua buah dadaku dan memilin ringan putingku sambil mencium bibirku dengan ganasnya.

Begitu liar dan ganas dia mencumbuku seakan menumpahkan segala dendam yang lama tesimpan, kocokannya yang keras seakan mengaduk aduk vaginaku. Kulawan gerakannya dengan menggerakkan pinggulku secara acak, dan aku mendapatkan kenikmatan yang bertambah.

Entah sudah berapa lama kami bercinta di kursi hingga dia memintaku untuk rebah di karpet lantai ruangan, lalu segera dia menyetubuhiku, tubuh atletisnya menindih tubuhku sambil pantatnya turun naik mengocok vaginaku, ciumannya sudah menjelajah ke seluruh wajah dan leherku tanpa sedikitpun bagian yang terlewatkan.

Aku mengagumi kekuatan fisik Wawan yang begitu kuat, dinginnya AC tak mampu mencegah peluh kami sudah bertetesan di seluruh tubuh. Kuraih kenikmatan demi kenikmatan dari setiap gerakan Wawan di atas tubuhku.

Selanjutnya kami bergulingan, kini Wawan telentang dan aku duduk di atasnya, secepatnya kugoyangkan pantatku mengocok penis Wawan, goyanganku kubuat tidak aturan dan banyak variasi hingga dia menggigit bibirnya, dipandanginya wajahku, lalu dia kembali meremas buah dadaku dengan kerasnya, tanpa kusadari ternyata Pak Reza sudah berdiri di sampingku dan menyodorkan penisnya ke mulutku, kugapai dan langsung kukulum dengan gairahnya sambil tetap menggoyang pantatku. Pak Reza ternyata tak mau diam saja, dia ikut mengocokkan penisnya di mulutku sambil memegangi kepalaku. Tak mau kalah Wawan kemudian ikutan menggoyangkan pinggulnya hingga kami seolah berpacu meraih kenikmatan birahi.

Wawan lalu duduk hingga tubuhku berhadapan dalam pangkuannya, kujepitkan kakiku di pinggangnya sambil tetap menggoyangkan pantat tanpa melepas kocokan mulutku pada penis Pak Reza, Wawan menjilati seluruh leher dan dadaku, disedotnya putingku dengan keras, kurasakan gigitan gigitan kecil di sekitar buah dada dan putingku tapi tak kuperhatikan.

Akhirnya kurasakan tubuh Wawan menegang dan sedetik kemudian kurasakan kepala penisnya membesar memenuhi rongga dalam vaginaku lalu menyemprotkan spermanya, sementara gigitan dan sedotan di dadaku terasa semakin kuat

Denyutannya membuat aku terbang melayang tinggi hingga ke puncak kenikmatan, maka akupun orgasme saat penis Wawan sedang berdenyut dengan hebatnya di vaginaku, kami sama sama menggapai orgasme dalam waktu yang relatif bersamaan

Tubuhku sudah mulai melemas tapi penis Pak Reza masih di tanganku, maka kukeluarkan kemampuanku untuk segera mengakhiri kemauan Pak Reza sambil masih tetap duduk di atas Wawan, tangan Wawan masih meremas dengan lembut kedua buah dadaku

Tapi konsentrasiku hanya tertuju ke Pak Reza, tak lama kemudian berdenyutlah penis Pak Reza di mulutku, tak kurasakan cairan sperma keluar dari penis itu, hanya denyutan denyutan ringan hingga melemas dengan sendirinya.

Aku terkulai lemas di atas tubuh Wawan, anak buahku itu, dan dia membalas dengan ciuman dan elusan di punggung telanjangku, beberapa saat kemudia aku tersadar dan berdiri menjauhinya, duduk kembali di kursi.

Lisa memberikan teh hangat, kami semua masih telanjang, masih kurasakan seakan penis Wawan masih mengganjal vaginaku.

Baru aku sadari ternyata ada empat titik memerah bekas gigitan Wawan pada dada dan sekitar buah dadaku, kulirik Wawan tapi dia tidak memperhatikan.

Jarum jam menunjukkan pukul 13:30, ketika kami menandatangani kontrak itu dalam keadaan telanjang, sambl memangkuku Pak Reza menandatangani lembaran itu dan di atas pangkuan Pak Reza pula aku menandatanganinya. Sementara Pak Edwin sebagai saksi, ikut menandatangani kontrak itu sambil memangku Lisa yang masih telanjang.

“Alangkah asiknya kalau kita bisa makan siang bersama sambil telanjang” usul Pak Edwin
Aku hanya tersenyum menanggapi usulan nakal Pak Edwin, kukenakan kembali pakaianku meski tanpa celana dalam karena diminta Pak Edwin yang masih bujangan itu.

Tak lama kemudian kami semua sudah berpakaian lengkap, kubereskan dokumen yang berserakan di lantai maupun meja dan kuberikan semuanya ke Wawan.

Dan selesailah official meeting hari ini.

Sebenarnya aku tak mau mencampur adukkan antara bisnis dan kesenangan seperti ini, baru pertama kali terjadi. Awal bisnis yang di awali seperti ini terus terang membuat aku takut, tapi apa bedanya dengan para bisnisman lainnya yang memberikan wanita cantik untuk dapat mendapatkan proyek, toh proyek itu jalan juga.

Setelah makan siang, aku dan Wawan mengantar mereka hingga ke lobby dan disanalah kami berpisah, Aku dan Wawan naik ke atas, tak ada pembicaraan sepanjang jalan ke kamar meskipun di lift Cuma kami berdua, suasana menjadi kaku, hal seperti inilah yang tidak aku inginkan.

“Wawan apapun yang telah terjadi adalah tidak pernah terjadi, tolong camkan itu demi kebaikan kita semua” kataku pada Wawan sambil mengecup bibirnya, sebelum dia masuk kamarnya.

Dan kami kembali ke Jakarta sebagai mana tidak terjadi sesuatu kecuali kenangan indah. Aku tidak pernah bisa memenuhi kata kataku sendiri seperti yang aku pesan di atas, karena bercinta dengan Wawan terlalu nikmat untuk di tinggalkan